Jumat, 24 Januari 2014

Episode Kehidupan : Madinah (3)





Suasana kehidupan Madinah yang tenang ternyata menyimpan  banyak  cerita tentang  warga Indonesia yang berjuang  mencari penghidupan disana. Untuk saya, menyaksikan lika-liku kehidupan mereka di Madinah adalah menyaksikan satu potret tentang realitas hidup. Untuk sebagian orang, hidup memang tak pernah lepas dari perjuangan. Dan itulah yang saya lihat di mata TKI/TKW yang saya jumpai disana.
Pertama kali datang, saya sering disangka TKW atau khadimat yang sedang bekerja. Sekalipun sudah menggendong-gendong si sulung sekalipun atau sengaja pasang ekspresi manis tak berdosa. Maklumlah mungkin tampilan seadanya ;D Memakai abaya pun model yang sangat sederhana, jauh dari gaya. Dari banyak cerita, ternyata hal itu bukan sesuatu yang aneh untuk warga Indonesia  berkunjung ke tanah suci selain untuk maksud ibadah haji/umroh.  Warga Indonesia yang bekerja disana memang jumlahnya cukup besar untuk sector informal seperti rumah tangga. Maka tak heran kalau profesi khadimat cukup populer bagi warga Indonesia. Untuk mereka, Saudi bagaikan tanah yang menjanjikan harapan dan impian. Harapan yang tak mereka dapatkan di tanah air.
Ya, siapa yang tak ingin. Bisa mendulang riyal sambil berkesempatan menunaikan ibadah haji/umroh. Meski harus jauh dari keluarga. Setidaknya ada harapan yang dijemput daripada menunggu sesuatu yang tak pasti di tanah air. Meski kenyataannya tak sedikit rintangan yang dihadapi. Baik bagi pekerja professional, namun  terutama sekali bagi para pekerja dan pendatang illegal.
Seringkali rasa tak nyaman menyelinap di hati bila menyaksikan polisi kerajaan Saudi yang sedang sibuk berjaga-jaga atau melakukan razia. Baik di jalan-jalan, sekitar masjid Nabawi/Masjidil Haram apalagi di checkpoint pintu masuk Mekah.  Tampang bapak polisi yang dingin begitu tak bersahabat. Apalagi untuk para pekerja illegal yang seringkali harus dalam kondisi waspada terus menerus. Oleh karena itu, iqoma hampir tak pernah lepas  dari tas saya. Untuk berjaga-jaga apabila ada razia. Oya Iqoma itu seperti KITAS ya, bukti identitas resmi kita sebagai WNA di Saudi. Jadi apabila ada razia, cukup tunjukkan iqoma ini.
Tapi sekali waktu, saya pernah juga lalai. Waktu itu kebetulan ada sahabat mengajak saya berkeliling kota menghabiskan malam jumat di Madinah (a.k.a malam minggunya Saudi) sambil mencari-cari rumah untuk tempat tinggal baru keluarganya. Keliling kota bukannya seperti (saya) di Indonesia ya.. paling banter jam 9 malam sudah kembali ke kasur- tidur *anak baik* Keliling kota di Madinah ini baru mantap kalau sudah jauh lepas isya. Sekitar jam 11 sampai jam 1 dinihari. Waktu itu kebetulan suami sedang jaga malam. Jadilah saya meminta izin sekalian menginap di rumah sahabat saya itu. Dan asyiklah kami berputar-putar keliling  Madinah mengunjungi beberapa tempat yang jadi pusat keramaian kota. Bahkan sempat bermacet-macet ria segala.  Saya pun tenang saja menikmati suasana sambil menggendong si sulung. Esoknya ketika kembali ke rumah dan sedang beres-beres, saya baru sadar iqoma saya tertinggal di rumah. Hadeuhhh… untung tidak ada razia kala itu. Kalau ada razia, bisa dipastikan saya  suami bakalan repot berurusan dengan kepolisian setempat untuk menjemput istrinya kembali.
Saking banyaknya  pekerja di sector informal dari Indonesia, warga Saudi tampaknya sudah terbiasa  menyamaratakan bahwa semua pekerja Indonesia di Saudi adalah para supir dan pembantu atau penjaga toko dan petugas kebersihan. Maka tampak tak lazim bagi mereka ketika ada beberapa pekerja professional dari Indonesia yang juga mencari penghidupan disini. Satu kali  bahkan  seorang teman yang membantu mengurus dokumen penting  milik suami -yang sempat hilang- mendapati rasa heran dan tidak percaya  dari seorang  petugas warga Saudi saat mengisi keterangan  bahwa pekerjaan suami adalah dokter. Mungkin mereka tak biasa mendapatkan ada warga Indonesia dengan latar belakang pendidikan dan  profesional seperti dokter yang bekerja di Saudi. Namun hal ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kondisi yang terpaksa harus dihadapi oleh sejumlah pekerja ilegal saudara sebangsa setanah air.
(Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar