Sabtu, 21 Desember 2013

Cantiknya China di musim dingin








Tulisan ini  dimuat di rubrik Plesir majalah Sekar  edisi juli-agustus lalu - dengan beberapa editan di sana-sini- terimakasih pak editor ;p ... Nah ini tulisan aslinya, silakan dinikmati.
Akhir Januari 2013, saya berkesempatan mengunjungi kota Shanghai dan Beijing di China yang tengah diselimuti salju. Berikut sekilas cerita pengalaman saya. 

Nuansa Timur dan Barat di Shanghai
Perjalanan saya dimulai dengan menginjakkan kaki di Shanghai, salah satu kota tersibuk di daratan China. Selain merupakan salah satu pusat bisnis  dan kota termodern di China, Shanghai dikenal sebagai kota  yang cantik  dengan perpaduan budaya timur dan barat.  Tak hanya  ornament khas budaya setempat dengan nuansa merah menyala  yang saya jumpai di sudut-sudut kota. Namun  di  trotoar tepi jalan, saya jumpai pula jajaran café mungil dengan deretan kursi  dan  meja  yang dinaungi payung besar;  mengesankan nuansa  yang  khas Eropa. Di Shanghai, saya pun terhitung lebih mudah menjumpai warga asing dibandingkan di Beijing. 

Nuansa barat yang mewarnai pemandangan di Shanghai tidak terlepas dari jejak sejarah dimasa lampau. Secara geografis Shanghai terletak di dekat sungai  dan sejak dahulu merupakan pusat perdagangan  sehingga  memungkinkan interaksi penduduk setempat  dengan para pendatang di berbagai penjuru dunia. Nama Shanghai berasal dari kata shang  yang artinya  di atas  dan hai yang berarti laut. Cikal bakal kota Shanghai adalah sebuah kampung yang sudah berusia sekitar 100 tahun. Melalui perkembangan ekonomi yang sangat pesat, Shanghai menjelma menjadi kota metropolitan  yang modern dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 22 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 13 jutanya merupakan warga asli sementara sisanya adalah kaum pendatang dari sejumlah negara  termasuk pendatang dari Taiwan yang cukup memegang peran penting dalam bidang ekonomi.
Shanghai adalah salah satu potret dari kemajuan bangsa  China.  Sebagai salah satu kota metropolitan yang mendunia, Shanghai menunjukkannya dengan jelas melalui banyaknya jalan layang dan  gedung modern pencakar langit. Jalan-jalan layang yang mulus tampak mendominasi kota, sementara disisi  jalan menjulang gedung-gedung tinggi. Di antara ramainya  gedung pencakar langit,  tampak kawasan pemukiman, ditandai dengan gedung-gedung apartement yang bertingkat banyak dan jemuran yang melambai-lambai dari sisi-sisi jendela.  Tak hanya modern, sejumlah taman kota yang terawat dan terpelihara dengan rapi semakin menambah pesona Shanghai. 


Aliran sungai Huangpu  yang berada di tengah kota membelah Shanghai menjadi dua  bagian, timur dan barat. Bagian timur merupakan sisi kota yang modern sementara bagian barat  kota  adalah old town. Diantara kedua sisi itu  terdapat The Bund yang merupakan waterfront atau kawasan kota yang  berbatasan langsung dengan sungai Huangpu. Dengan berdiri di area The Bund kita bisa melihat sisi old town dari kota Shanghai yang dipenuhi bangunan lama, kuno namun artistik dan sisi kota baru yang terdiri dari gedung-gedung modern. Sungguh pemandangan yang kontras. Namun, inilah uniknya Shanghai.

Di sisi timur Shanghai yang merupakan kawasan mahal dan modern, terdapat salah satu gedung   yang sempat menjadi  salah satu gedung tertinggi di dunia, yaitu Oriental  Pearl  TV Tower  dengan tinggi sekitar 468 meter. Pengunjung dapat menyaksikan pemandangan dari atas dengan menaiki lift canggih berukuran superbesar dan bergerak supercepat. Sungguh mempesona melihat Shanghai yang jelita dimalam hari dengan gemerlap cahaya  dan kilauan lampu  di tepi sungai  Huangpu yang terbentang  sampai jauh di kegelapan.
Pemandangan Shanghai tidak hanya cantik oleh warna-warni bunga, café atau  warna-warni lampu kota  di malam hari. Ramainya lalu lalang gadis-gadis Shanghai yang jelita dan modis dengan berbagai model busana musim dingin  terbaru semakin membuat semarak di tengah suhu dingin yang menggigit.  


Di Shanghai sendiri  terdapat kaum muslim, meski tidak sebanyak di Beijing.  Terdapat sejumlah masjid di Shanghai. Salah satunya yang sempat saya singgahi adalah masjid Xiaotaoyuan yang didirikan tahun 1925. Sementara  untuk kuliner halal, saya sempat menyambangi beberapa restoran China muslim dengan label halal. Masakan disajikan dengan citarasa perpaduan China dan timur tengah. Untuk Anda yang sedikit pemilih soal makanan akan lebih baik membekali diri dengan abon atau makanan kering lainnya karena terkadang ada bumbu yang rasanya sedikit terlalu tajam dan bisa membuat nafsu makan malah menurun. Di beberapa restoran muslim ini, saya menemukan makanan khas timur tengah seperti Kubz dan kebab dengan proses pembuatan yang tidak berbeda dengan di negara asalnya, lengkap dengan tungku pembakarannya. Kubz sendiri dapat dicemil sebagai makanan ringan penahan dingin dengan harga sekitar 5 yuan perlembar (1 yuan = Rp 1600,-).

Untuk wisata belanja, tak lengkap ke Shanghai apabila belum mampir ke Nanjing Road. Nanjing  Road merupakan pedestrian yang ramai dikunjungi para wisatawan setempat maupun traveller mancanegara;  sangat terkenal di Shanghai  bahkan di Asia.  Dengan trotoar yang sangat lebar dan bebas lalu lintas kendaraan- kecuali kereta mini yang sesekali lewat- para pejalan kaki mendapatkan surganya disini. Di sisi kanan dan kiri jalan terdapat berbagai toko yang menjual beragam produk, utamanya fashion dan produk branded. Di tengah-tengah keramaian  Nanjing Road,  saya menemukan pemandangan unik, yaitu adanya sekelompok perempuan  dalam balutan mantel musim dingin yang asyik menari mengikuti alunan music. Tanpa mempedulikan udara dingin dan ramainya lalu lalang pengunjung, mereka bergerak dengan energik. Pemandangan menarik lainnya adalah banyaknya wisatawan dari berbagai bangsa yang ditemui di Nanjing Road. Tempat belanja lain yang sempat saya singgahi adalah Chenghuangmiao Bazzar. Meski Chenghuangmiao lebih dikenal sebagai tempat wisata kuliner non halal namun tempat ini cukup recommended untuk membeli  buah tangan. Coba menelusuri pasar ini lebih ke dalam, maka kita akan menemukan berbagai pernak-pernik  dengan harga 10 yuan for all.  Oleh-oleh yang tersedia di Chenghuangmiao sangat beragam. Mulai dari keramik mungil beraneka bentuk, gantungan kunci, tempelan magnet, pajangan, mainan anak, selendang, kaos sampai aneka produk kesehatan.

Main salju di Beijing
Beijing adalah tujuan perjalanan saya selanjutnya. Dengan menumpang speed train (kereta cepat) perjalanan sekitar 1150 km  antara Shanghai-Beijing sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu lima jam saja. Hanya saja, karena salju yang sedang turun dengan deras di sepanjang perjalanan, membuat laju kereta  sedikit terhambat, hingga kami baru tiba di Beijing sekitar enam jam kemudian.  Speed Train ini cukup nyaman dengan  harga tiket sekitar 553 yuan untuk perjalanan Shanghai-Beijing. Sepanjang perjalanan saya melihat hujan salju yang semakin tebal menutupi seluruh pemandangan menjadi putih bersih di beberapa tempat yang dilalui kereta..
Sampai di Beijing, tampak salju menyelimuti berbagai tempat. Suhu di Beijing  terasa lebih dingin  dan menggigilkan daripada Shanghai.  Suasana yang  sedikit berbeda segera tertangkap ketika kami menelusuri jalan-jalan di Beijing. Nuansa Beijing tidaklah semeriah Shanghai. Beberapa bangunan yang saya lihat bahkan terkesan suram berpadu dengan dinginnya cuaca saat itu. Kala malam menjelang, cahaya lampu kota yang berpendar juga tak sesemarak di Shanghai yang bermandi cahaya.
Apabila di Shanghai saya lebih banyak melakukan wisata kota, maka Beijing menawarkan wisata sejarah dan budaya. Beijing memiliki banyak sekali tempat indah yang sangat recommended untuk dikunjungi dan dapat menambah wawasan tentang perjalanan sejarah dan kebudayaan kuno bangsa China. Tapi sebelum beranjangsana ke tempat-tempat itu, tentu saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mampir sejenak mencicipi cemilan halal ala China. Cemilan ini diperoleh dari sebuah restoran muslim di Beijing, harganya  3 yuan perpotong dengan cita rasa manis.

Sementara untuk wisata belanja di Beijing,  saya menyempatkan mampir ke Silk Street, sebuah pusat perbelanjaan di Beijing. Mirip-mirip Mangga Dua kalau di Jakarta. Di sini tersedia beragam produk yang bikin lapar mata dan potensial menguras isi kantong, dari mulai tas, dompet, jam tangan, tas, koper sepatu, oleh-oleh, handycraft sampai galaxy tab. Semuanya made in China.  Dari harga 1000 yuan yang ditawarkan untuk sebuah tas yang saya taksir, saya berhasil mendapatkannya dengan harga 100 yuan yang artinya 10 % dari harga yang ditawarkan. Cukup fantastis, bukan?

Beberapa tempat wisata di Beijing dan sekitarnya
Di Beijing banyak terdapat tempat wisata. Diantaranya antara lain Tiananmen Square, Forbidden City, Summer Palace, Ming Tomb dan last but not least; Great Wall. Kunjungan pertama saya adalah Tiananmen Square. Lapangan dengan luas 440.000 meter persegi namanya cukup terkenal di dunia karena peristiwa demonstrasi bersejarah tahun 1989.
Suhu udara  yang terasa dingin  menggigit, tidak menghambat sejumlah wisatawan untuk datang berkunjung;  termasuk serombongan besar wisatawan dengan bendera  Negara Vietnam. Tak jauh dari situ tampak Foto Mao Ze Dong terpampang dalam ukuran super besar. Melalui  tangga dan lorong di bawah tanah kami segera bergegas menuju Forbidden City yang terletak di sebelah utara lapangan Tiananmen.  Forbidden City atau istana terlarang memiliki  sekitar 800 bangunan yang merupakan peninggalan dynasty Ming dan Qing. Siapkan alas kaki yang nyaman untuk menelusuri cantiknya  arsitektur bangunan istana di Forbidden City.  Pastikan juga alas kaki tersebut tidak licin, karena di dalam Forbidden City kita harus melalui undakan tangga yang basah terkena salju. Menyusuri Forbidden city harus melalui beberapa gerbang. Forbidden City memiliki banyak kuil, kamar-kamar untuk anggota kerajaan serta berbagai bangunan yang merupakan bagian dari rangkaian istana cantik ini. Hmmm…., imajinasi saya langsung melayang.  Suasana tempat  ini benar-benar mengingatkan saya pada  film The Last Emperor.  Meski musim dingin, forbidden city  tetap ramai pengunjung terutama penduduk setempat. Selepas area Forbidden City, saya disambut aliran sungai yang membeku, tepat di pintu keluarnya.
Tempat tujuan saya selanjutnya adalah Summer Palace. Summer Palace merupakan istana tempat tinggal  raja selama musim panas. Di musim dingin, Summer Palace sama sekali tidak kehilangan pesonanya. Danau buatan yang terhampar  di Summer Palace saat itu sedang membeku dan ditutupi putihnya salju. Meskipun terdapat tanda dilarang menginjakkan kaki di atas danau, namun hamparan salju yang membeku di atas danau sungguh sayang untuk dilewatkan. Dengan berhati-hati, saya mencari area yang lebih aman dan mencoba mencicipi sensasi berjalan diatas hamparan bekuan salju.




Berkunjung ke Ming Tomb, merupakan agenda kami selanjutnya. Ming Tomb merupakan kompleks kuburan raja-raja dari Dinasty Ming. Meski sekilas terlihat tidak menarik karena harus masuk kedalam bangunan makam, namun pemandangan di luar di sekitar Ming Tomb  saat musim dingin sungguh cantik. Beberapa pepohonan yang daunnya sudah berguguran  tampak menghiasi halaman disela-sela hamparan salju yang memutih.


Menutup kunjungan saya ke Beijing adalah Great Wall yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia.  Menapaki tangga-tangga Great Wall di musim dingin bukan merupakan perjuangan yang mudah. Salju yang mencair membuat tangga Great Wall seringkali licin, sementara suhu udara yang sangat dingin seolah membekukan tangan dan kedua ujung kaki saya.  Rangkaian tangga yang saya naiki semakin curam membuat pemadangan  di sekeliling saya semakin memukau dengan hamparan dan tumpukan salju dimana-mana. Meski rangkaian tangga masih jauh ke atas, saya akhirnya memutuskan turun kembali ke bawah dan menghangatkan diri di sebuah toko souvenir.  
Pulang dari Great Wall, saya harus kembali ke tanah air.  Sungguh takkan terlupa oleh saya kenangan akan keindahan budaya dan jejak sejarah China yang menakjubkan.  Semoga kelak saya akan bisa kembali mengunjunginnya.




Tips Travelling ke China:
- Meski sudah berupaya sebisa mungkin berhati-hati saat mampir ke toilet umum yang ada China. Tetap saja dalam beberapa kesempatan saya menemukan kondisi toilet yang kurang memadai, maka setiap kali hendak berjalan-jalan seharian, saya selalu membekali diri dengan botol kosong, tissue dan tissue basah. Biasanya sebelum ke toilet, saya terlebih dahulu mengisi botol kosong tersebut dengan air keran di westafel untuk membersihkan diri. Rata-rata toilet di china yang saya temui hanya tersedia fasilitas untuk menyiram wc.
-Lebih aman sebenarnya adalah toilet hotel atau toilet di pertokoan modern/rumah makan, sebaiknya  berhati-hati  apabila masuk ke toilet umum yang terlalu ramai terutama yang berada di pasar atau tempat-tempat lain yang banyak digunakan oleh masyarakat umum.
-Jangan ragu atau segan dalam menawar barang setiap kali membeli, paling tidak sekitar 20 % dari harga awal. Apabila penjual menunjukkan reaksi yang kurang membuat kita nyaman, tidak perlu dipedulikan. Dengan modal kegigihan menawar dan  “tebal muka”, saya berhasil mendapatkan barang-barang yang diinginkan  jauh di bawah harga yang ditawarkan. 
-Untuk mempermudah komunikasi dengan keluarga di tanah air dianjurkan untuk membeli nomor  setempat.
-Jangan ragu atau lupa untuk memastikan kualitas barang setiap kali membeli barang di China termasuk produk makanan, pastikan selalu tanggal kadaluwarsanya.
- Simpan kartu nama hotel atau potret bangunan hotel  untuk berjaga-jaga apabila tersesat.
-Meskipun terdapat perbedaan bahasa, namun secara umum dengan menggunakan bahasa tarzan kita masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan warga setempat.
- Hati-hati membeli souvenir dari pedagang kakil lima setempat, lebih baik membayar dengan uang pas. Kalau pun ada kembalian, pastikan uang yang anda terima adalah uang asli. Masalah uang palsu cukup marak terjadi di China.
- China memiliki banyak tempat wisata dengan pemandangan alam yang cantik, kaya akan peninggalan  budaya  dan  sejarah, oleh karena itu jangan lewatkan kesempatan untuk berkunjung dan menikmatinya.

15 komentar:

  1. perginya bulan desember ya sis...apa susah cari tiket trainnya?

    BalasHapus
  2. Berapa tiket k beijing ?
    Kalo pengen menikmati salju kira2 berangkat bulan apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa dicek di maskapai penerbangan. saya berangkat akhir januari

      Hapus
  3. Rencana berangkat 13 nop besuk,cuaca sampai berapa ya,apa yg perlu disiapkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf saya telat membalas. Mdh2an perjalanannya sesuai harapan.

      Hapus
    2. Maaf saya telat membalas. Mdh2an perjalanannya sesuai harapan.

      Hapus
    3. Maaf saya telat membalas. Mdh2an perjalanannya sesuai harapan.

      Hapus
  4. Informasi yg bagus....renc ahir feb mau Beijing..musim dingin pula y

    BalasHapus
  5. Sis, kira2 akhir feb msh ada salju ga ya, atau dmn kira2 bs liat slju di beijing.. Hehe

    BalasHapus
  6. Mbak, boleh izin save salah satu fotonya ngga??

    BalasHapus