Minggu, 08 Desember 2013

Berkunjung ke Museum Wushu di Shanghai


Ini tulisan saya yang berkisah tentang museum Wushu di Shanghai, China. Alhamdulillah dimuat di harian "Pikiran Rakyat" edisi Maret 2013 lalu. 

Shanghai terkenal dengan The Bund dan Oriental Pearl TV Towernya yang  merupakan salah satu bangunan tertinggi di dunia. Akan tetapi, tahukah anda bahwa ada satu tempat  menarik di Shanghai yang tidak banyak diketahui orang namun menyimpan peninggalan berharga akan kekayaan budaya bangsa China?
Tersembunyi di dalam area Shanghai University of Sports yang asri, terdapat sebuah bangunan yang  cukup megah berpintu kaca.  Sebuah patung berukuran cukup besar sedang memegang pedang  dengan mata pedang mengarah ke bawah berada di sisi pintu masuk. Sementara di bagian tembok  atas tampak berbagai gambar orang dengan berbagai posisi dan gerakan wushu. Di pintu kaca tercantum  tulisan dalam pita merah: The Chinese Wushu Museum.

Pada awalnya, terus terang saya kurang begitu tertarik untuk masuk ke dalamnya. Dalam bayangan saya,  museum wushu ini paling hanya berisi beberapa peninggalan tentang wushu yang berbau “jadul”. Tidak lain niat awal saya memasuki museum itu untuk sekedar menghangatkan badan yang sudah mulai mengigil diterpa angin  musim dingin di Shanghai menjelang akhir januari lalu. Namun ketika memasuki pintu utama, saya segera menyadari bayangan saya tentang museum Wushu, sepenuhnya salah.  Subhanallah..  Satu lagi bukti bahwa bangsa China memang benar-benar bangsa yang sangat menghargai budaya dan sejarahnya.
Museum  Wushu ini didirikan pada tahun 2007, termasuk ke dalam kawasan Shanghai University of Sports  dengan luas  mencakup 2.000 meter persegi.  Wushu  sendiri  bermakna  "seni bertempur/bela diri". Diambil dari paduan dua kata yaitu  “Wu” yang berarti ilmu perang  dan “Shu” yang berarti seni.  Namun demikian, tak hanya beladiri yang bersifat gerakan atau olah tubuh saja yang  dipelajari di dalam wushu, namun  juga hal-hal  terkait kesehatan tubuh serta mental dan pikiran.
Sejak di pintu masuk, pengunjung sudah disambut oleh pemandangan yang tidak biasa. Tampak sebuah tonggak dengan aksen hitam putih dan semburat lampu kebiruan serta nuansa merah di bagian langit-langit dan di lantai di tengah ruangan. Suasana ruangan yang agak gelap dan temaram membuat efek cahaya cukup membantu  memberi kesan ceria serta sedikit dramatis. Sementara di sekelilingnya tampak berbagai display kaca berisi beragam senjata dan peralatan yang sering digunakan untuk beladiri. Dalam display khusus untuk senjata  terdapat  beragam peralatan yang cukup membuat seram, seperti tombak yang panjangnya hampir 3  meter terbuat dari perunggu dan bambu,  busur, pedang, rantai yang dilengkapi bola terbuat dari besi,  anak panah yang ujungnya  mekar, dan juga cambuk. 



Tidak perlu khawatir dengan kendala bahasa, karena disediakan informasi dalam bentuk multi media yang mudah diakses oleh pengunjung. Keterangan yang tercantum pun banyak disediakan dalam bahasa Inggris, sehingga memudahkan pengunjung yang tak paham tulisan kanji dalam bahasa China. Terdapat pula beberapa layar monitor yang menayangkan para pemain wushu sedang menampilkan jurus-jurus bela diri dalam balutan kostum tradisional China, serasa menyaksikan tayangan film silat yang sering muncul di televisi.
Semakin jauh masuk ke dalam museum ini, saya semakin kagum. Nyata benar bahwa pemerintah China benar-benar memiliki komitmen kuat untuk menjaga dan memelihara budaya wushu  seperti tercantum di preface  yang terdapat di dekat pintu masuk museum, bahwa pendirian museum  bertujuan: To discover, inherit, carry forward and develop the treasures of Chinese Wushu culture and to reproduce its long and arduous journey through thousands of years of history.

 
Museum  ini memiliki beragam koleksi benda yang menarik. Di area yang lebih dalam tampak lebih banyak display menampilkan beberapa barang yang bernilai sejarah dan ditata apik dalam ruangan pameran. Diantaranya golden wooden wushu handycraft yang berasal dari dynasty Qing, patung prajurit berkuda, patung Huo Yuanjia master wushu yang  hidup antara tahun 1869-1910  dan terkenal di akhir dynasty Qing, beberapa buku tua  yang menampilkan manual instruksi wushu, buku taktik militer seperti "The Art of War," dan buku pengajaran seni bela diri lainnya, juga berbagai lencana atau tanda penghargaan, foto atlet wushu China sampai berbagai  keramik antik yang memiliki  kandungan seni wushu (the art of wushu). Tak kalah menarik adalah berbagai diorama cantik yang menggambarkan kehidupan  China dimasa lampau saat wushu berkembang dengan pesat, seperti adegan pasukan prajurit  berkuda, adegan sekelompok murid yang sedang berlatih gerakan wushu di peguruan, adegan duel antar pemain wushu bahkan sampai adegan petinju seukuran manusia yang baru saja memukul KO lawannya dalam ring lengkap dengan wasitnya.  Sementara  sisi lain dari tembok tampak lukisan peperangan bangsa China. 

Museum ini dibagi menjadi ruang tempat senjata, ruang area sejarah dan wilayah multimedia. Memasuki museum ini kita akan diajak untuk menelusuri sejarah perkembangan wushu dari masa ke masa termasuk pengetahuan tentang hakikat dari wushu itu sendiri. Kita bisa belajar sejarah perkembangan kronologi beladiri  wushu, dari zaman primitif ke zaman modern, sampai akhirnya berkembang menjadi salah satu cabang olahraga yang diikutsertakan dalam kompetisi internasional.
Untuk masuk ke dalam museum ini tidak diminta uang masuk karena sudah termasuk ke dalam biaya yang dipungut apabila kita beserta rombongan bermaksud untuk menjelajah seputar kawasan Shanghai University of Sports  yang luas dan tertata rapi. Apabila berkunjung ke Shanghai, tempat ini dapat menjadi alternatif wisata menarik yang membuat kita dapat berkaca pada kemajuan bangsa China dan menarik pelajaran darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar