Semilir angin pegunungan terasa sejuk membelai kulit ketika kendaraan yang saya sekeluarga tumpangi mulai
bergerak mendaki jalan menuju arah Gunung Masigit. Setelah satu setengah jam
meninggalkan hiruk pikuk dan macetnya Bandung menuju arah Cicalengka, sungguh
menyegarkan rasanya menghirup udara segar serta menikmati teduhnya pepohonan rindang di sisi jalan.
Jalan yang kami tempuh tidak
sepenuhnya mendaki, namun adakalanya melandai membuat kami bisa menepi untuk sesaat
melepas lelah. Sembari beristirahat, kami menikmati view daerah Cicalengka di sekitarnya dan kawasan Bandung dari
kejauhan. Meski sinyal handphone tidak
lagi bersahabat saat kami memasuki kawasan Gunung Masigit, namun hal ini tidak
mengurangi kegembiraan dan suasana riang yang dirasakan. Riang karena rindu
yang sebentar lagi akan terpuaskan. Ya,
rindu ingin menikmati nyanyian alam, gemerisik dedaunan, pepohonan, udara segar
serta suara burung bersahutan di
kedalaman hutan Gunung Masigit yang asri.
Berkendara sekitar satu setengah jam
dari wilayah timur kota Bandung ke arah kecamatan Cicalengka, kawasan ini lebih
dikenal dengan Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit, Kareumbi dengan
luas sekitar 12.420,70 hektar (sumber : http://kareumbi.wordpress.com). Pintu
masuk yang kami lalui terletak di kampung Leuwiliang, Desa Tanjungwangi,
kecamatan Cicalengka.
Sejak pintu masuk ke kawasan ini, tampak pemandangan pepohonan
Rasamala dan beberapa jenis pohon lainnya yang
berukuran cukup besar. Tanah yang
lembab dan suasana yang agak gelap karena cahaya matahari hanya dapat
menerobos di sela-sela lebatnya dedaunan segera menyambut kami. Tak jauh dari situ, melewati beberapa ruas pembibitan pohon akhirnya kami sampai juga ke salah satu Camping Ground yang ada di Kareumbi. Camping Ground ini berupa tanah lapang
yang cukup luas dinaungi pepohonan serta sebuah kolam disisinya
yang dilengkapi bangunan sederhana.
Menjumpai lapangan berumput yang
luas di tengah kerindangan pepohonan dan sejuknya udara pegunungan, anak-anak dengan lincah dan bersemangat segera
berlari ke segala penjuru. Tanpa segan
mereka segera mengejar belalang yang
berlompatan di rerumputan atau bermain dengan potongan ranting yang berguguran.
Segarnya, sesaat melepas penat menikmati
suasana bebas polusi dan bebas dari
kemacetan yang biasa ditemui di keseharian
Tepat di sisi lapangan tampak
beberapa tenda dengan warna-warni mencolok yang sudah didirikan, dapat disewa dengan harga terjangkau dan siap
untuk ditempati. Di tengah-tengah
lapangan tampak bekas-bekas api unggun menandakan area perkemahan ini cukup
sering digunakan. Untuk kegiatan memasak yang sederhana seperti sekedar
menggoreng atau merebus air untuk membuat mie instant atau menyeduh kopi, dapat
dilakukan di sekitar tenda. Tentunya dengan tetap memperhatikan keamanan dan
kebersihan lingkungan. Namun, apabila kondisi tidak memungkinkan untuk
memasak atau anak-anak tidak terlalu cocok
dengan menu yang kita siapkan, tidak perlu khawatir karena berjarak beberapa
meter dari area camping ground ada
sebuah warung yang menjual makanan. Kita bisa membeli nasi berlauk ayam atau
telur goreng untuk dimakan.
Sedangkan untuk kegiatan MCK, Mandi-cuci-kakus
juga tidak perlu khawatir karena kamar
mandi atau toilet telah tersedia di beberapa tempat pada area bumi perkemahan.
Salah satunya di dekat warung nasi
maupun sisi lain area perkemahan yang lebih menjorok ke dalam hutan. Meski
fasilitasnya sederhana, namun merasakan cipratan kesegaran air pegunungan sungguh
memberi nuansa tak terkira.
Duduk santai sembari berbincang di
serambi tenda beralaskan tikar sambil menikmati alam hutan Gunung Masigit merupakan salah satu alternative refreshing yang cukup menyegarkan. Namun apabila masih dirasa
kurang variatif, pihak pengelola kawasan konservasi sudah menyediakan beberapa
aktivitas yang menarik dan cukup menantang seperti hiking, bersepeda dan menginap di rumah pohon. Sekadar mendaki lebih
jauh masuk ke dalam hutan pun cukup menyenangkan, menjumpai air yang mengalir
bening dan jernih di sela-sela bebatuan.
Sembari melihat-lihat, saya
mengamati di sela-sela semak dan tetumbuhan
di sekeliling hutan tampak area
berisi beberapa tanaman berukuran
sedang atau lebih kecil. Tanaman tersebut ditanam dengan jarak teratur dan
diberi tanda berupa papan kayu yang
bertuliskan beberapa nama instansi. Ternyata tanaman ini bukan sembarang
tanaman, melainkan merupakan salah satu
bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang diadakan oleh
pengelola konservasi, yaitu wali pohon. Cukup
membayar lima puluh ribu perbatang
pohon, kita dapat menjadi wali pohon yang artinya kita dapat berperan serta
untuk menanam dan merawat bibit pohon
tersebut.
Satu malam menghabiskan hari di
bumi perkemahan Gunung Masigit Kareumbi
bagaikan menikmati sepotong surga
yang hilang di tengah keriuhan kota
Bandung. Sungguh banyak manfaat yang
bisa didapat dengan mengajak anak-anak untuk kemping di bumi perkemahan Gunung Masigit. Tanpa menyita waktu banyak ataupun menghabiskan liburan berhari-hari, anak dapat
belajar dan bermain di alam dengan beragam kegiatan yang menyehatkan sekaligus
mengeratkan ikatan antar anggota keluarga. Seandainya memungkinkan, sebagai penduduk Bandung
sempatkanlah berkunjung bersama keluarga ke kawasan konservasi Gunung
Masigit untuk mengenalkan alam kepada anak-anak tercinta. Lebih baik lagi
apabila mengajak keluarga besar, teman-teman atau komunitas untuk mempererat
jalinan silaturahmi sembari menikmati segarnya alam Gunung Masigit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar