Sabtu, 07 Desember 2013

Berkemah di Gunung Masigit, Kareumbi



Semilir angin pegunungan  terasa sejuk membelai kulit ketika  kendaraan yang saya sekeluarga tumpangi mulai bergerak mendaki jalan menuju arah Gunung Masigit. Setelah satu setengah jam meninggalkan hiruk pikuk dan macetnya Bandung menuju arah Cicalengka, sungguh menyegarkan rasanya menghirup udara segar serta menikmati teduhnya  pepohonan rindang di sisi jalan.
Jalan yang kami tempuh tidak sepenuhnya mendaki, namun adakalanya melandai membuat kami bisa menepi untuk sesaat melepas lelah. Sembari beristirahat, kami menikmati view daerah Cicalengka di sekitarnya dan kawasan Bandung dari kejauhan. Meski sinyal handphone tidak lagi bersahabat saat kami memasuki kawasan Gunung Masigit, namun hal ini tidak mengurangi kegembiraan dan suasana riang yang dirasakan. Riang karena rindu yang sebentar lagi akan terpuaskan.  Ya, rindu ingin menikmati nyanyian alam, gemerisik dedaunan, pepohonan, udara segar serta suara burung bersahutan  di kedalaman hutan Gunung Masigit yang asri.
Berkendara sekitar satu setengah jam dari wilayah timur kota Bandung ke arah kecamatan Cicalengka, kawasan ini lebih dikenal dengan Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit, Kareumbi dengan luas sekitar 12.420,70 hektar (sumber : http://kareumbi.wordpress.com). Pintu masuk yang kami lalui terletak di kampung Leuwiliang, Desa Tanjungwangi, kecamatan Cicalengka.
Sejak pintu masuk ke  kawasan ini, tampak pemandangan pepohonan Rasamala dan beberapa jenis pohon lainnya yang  berukuran cukup besar.  Tanah yang lembab dan  suasana yang  agak gelap karena cahaya matahari hanya dapat menerobos di sela-sela lebatnya dedaunan  segera menyambut kami.  Tak jauh dari situ, melewati  beberapa ruas pembibitan pohon  akhirnya kami sampai juga ke salah satu Camping Ground yang ada di Kareumbi. Camping Ground ini berupa tanah lapang yang cukup luas dinaungi  pepohonan  serta sebuah kolam  disisinya  yang dilengkapi bangunan sederhana.
Menjumpai lapangan berumput yang luas di tengah kerindangan pepohonan dan sejuknya udara pegunungan,  anak-anak dengan lincah dan bersemangat segera berlari  ke segala penjuru. Tanpa segan mereka segera  mengejar belalang yang berlompatan di rerumputan atau bermain dengan potongan ranting yang berguguran. Segarnya, sesaat melepas penat  menikmati suasana  bebas polusi dan bebas dari kemacetan yang biasa ditemui di keseharian
Tepat di sisi lapangan tampak beberapa tenda dengan warna-warni mencolok yang sudah didirikan,  dapat disewa dengan harga terjangkau dan siap untuk ditempati.  Di tengah-tengah lapangan tampak bekas-bekas api unggun menandakan area perkemahan ini cukup sering digunakan. Untuk kegiatan memasak yang sederhana seperti sekedar menggoreng atau merebus air untuk membuat mie instant atau menyeduh kopi, dapat dilakukan di sekitar tenda. Tentunya dengan tetap memperhatikan keamanan dan kebersihan lingkungan. Namun, apabila kondisi tidak memungkinkan untuk memasak  atau anak-anak tidak terlalu cocok dengan menu yang kita siapkan, tidak perlu khawatir karena berjarak beberapa meter dari area camping ground ada sebuah warung yang menjual makanan. Kita bisa membeli nasi berlauk ayam atau telur goreng untuk dimakan.
Sedangkan untuk kegiatan MCK, Mandi-cuci-kakus juga tidak perlu khawatir karena  kamar mandi atau toilet telah tersedia di beberapa tempat pada area bumi perkemahan. Salah satunya di  dekat warung nasi maupun sisi lain area perkemahan yang lebih menjorok ke dalam hutan. Meski fasilitasnya sederhana, namun merasakan cipratan kesegaran air pegunungan sungguh memberi nuansa  tak terkira.

Duduk santai sembari berbincang di serambi tenda beralaskan tikar sambil menikmati  alam hutan Gunung  Masigit merupakan salah satu  alternative refreshing yang cukup menyegarkan. Namun apabila masih dirasa kurang variatif, pihak pengelola kawasan konservasi sudah menyediakan beberapa aktivitas  yang menarik dan cukup  menantang seperti hiking, bersepeda dan menginap di rumah pohon. Sekadar mendaki lebih jauh masuk ke dalam hutan pun cukup menyenangkan, menjumpai air yang mengalir bening dan jernih  di sela-sela bebatuan.
Sembari melihat-lihat, saya mengamati di sela-sela semak  dan tetumbuhan  di sekeliling hutan  tampak  area  berisi beberapa tanaman  berukuran sedang atau lebih kecil. Tanaman tersebut ditanam dengan jarak teratur  dan  diberi tanda  berupa papan kayu yang bertuliskan beberapa nama instansi. Ternyata tanaman ini bukan sembarang tanaman, melainkan merupakan salah satu  bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang diadakan oleh pengelola  konservasi, yaitu wali pohon. Cukup membayar lima puluh ribu  perbatang pohon, kita dapat menjadi wali pohon yang artinya kita dapat berperan serta untuk menanam dan merawat  bibit pohon tersebut.
Satu malam menghabiskan  hari di  bumi perkemahan Gunung Masigit Kareumbi  bagaikan menikmati  sepotong surga yang hilang di  tengah keriuhan kota Bandung. Sungguh  banyak manfaat yang bisa didapat dengan mengajak anak-anak untuk kemping di bumi perkemahan Gunung Masigit.  Tanpa menyita waktu banyak ataupun  menghabiskan liburan berhari-hari, anak dapat belajar dan bermain di alam dengan beragam kegiatan yang menyehatkan sekaligus mengeratkan ikatan antar anggota  keluarga.  Seandainya memungkinkan, sebagai penduduk  Bandung  sempatkanlah  berkunjung   bersama keluarga ke kawasan konservasi Gunung Masigit untuk mengenalkan alam kepada anak-anak tercinta. Lebih baik lagi apabila mengajak keluarga besar, teman-teman atau komunitas untuk mempererat jalinan silaturahmi sembari menikmati segarnya alam Gunung Masigit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar