Rabu, 24 Mei 2017

Pilihan Karir (2)

Saya menemukan pengertian menarik tentang perbedaan bekerja dan berkarir. Menurut Isaacson  (1985)  bekerja mengacu pada  setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan  karir lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). See?  Kita bisa melihat perbedaannya. Tapi proses berkarir tidak serta merta muncul begitu saja. Seseorang mungkin perlu untuk merasakan proses bekerja dahulu sebelum dia memutuskan bahwa itulah karir dia. Bisakah proses kerja ini dilewati? Bisa saja. Apabila dia sudah mengenali dirinya dengan baik, tahu apa yang menjadi kelebihan dan kekuranganya, tahu apa yang menjadi tujuan hidup dan passionnya. Singkatnya; "Ku tahu yang kumau" Tapi satu hal yang tidak bisa lepas dari masalah karir adalah Eksplorasi. Ya. Setiap orang bisa saja melalui proses yang panjang berganti-ganti pekerjaan berkali-kali sampai ia menemukan apa yang menjadi pilihan karirnya. Tapi ada pula orang yang hanya membutuhkan waktu singkat untuk paham apa yang menjadi panggilan hidupnya... apa yang menjadi passionnya. Tapi semuanya melalui proses eksplorasi. Seorang ahli ( Super, 1990) menyampaikan bahwa eksplorasi adalah upaya pencarian informasi yang dilakukan seseorang melalui berbagai sumber. Biasanya terjadi di tahapan remaja. Aktivitas mencari informasi ini memang sesuai dengan kebutuhan remaja yang haus akan informasi. Melalui proses eksplorasi ini mereka memperkaya informasi tentang pilihan kerja yang selanjutnya menjadi pilihan karir mereka. Proses ini tidak mudah karena sifat remaja yang banyak dipengaruhi peer group mereka. Fungsi orangtua dan guru akan sangat berperan besar disini dalam membimbing dan membantu mereka untuk mengenali potensi diri, mengetahui kekuatan dan kelemahan serta memberikan feedback yang bermanfaat untuk pengembangan diri mereka, termasuk berbagai informasi tentang bidang atau area minat yang bisa mereka masuki. Tentunya pendekatannya harus disesuaikan dengan karakteristik remaja yang enggan didoktrin. Pendekatan dengan berperan sebagai teman diskusi yang asyik memungkinkan remaja lebih nyaman untuk berkomunikasi. Pada akhirnya proses eksplorasi yang dilakukan diharapkan akan membantu remaja untuk tahu apa yang kumau, terlepas dari tekanan peer dan faktor lingkungan. Maka, kejadian bingung dan menyesal saat memilih jurusan yang keliru bisa diminimalisir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar