Rabu, 26 Juni 2013

Tulisan Perjalanan di Koran Pikiran Rakyat




Alhamdulillah bulan Maret 2013 lalu tulisan perjalanan saya waktu ke Museum Wushu di Shanghai dimuat di Koran Pikiran Rakyat. Tentu saja sangat menyenangkan karena akhirnya bisa tembus juga ke Pikiran Rakyat.



Ssst.. akhir Juni-awal Juli ini ada tulisan perjalanan saya  ke Bukittinggi  yang  dimuat di Majalah Sekar edisi terbaru.
Nanti saya share ya..

Sabtu, 22 Juni 2013

Beautiful Madinah

Ini tulisan lama bunda... namun selalu suka bunda  baca kembali saat merindukan Madinah...



Meski ada angan yang terukir bahwa suatu hari kelak saya dapat berkunjung ke kota Madinah, tak terbayangkan bahwa saya akhirnya benar-benar menapakkan kaki disana, menghirup udaranya dan sempat merasakan jadi bagian darinya. Madinah, kota tempat Rasulullah bermukim setelah hijrah sampai wafatnya beliau. Kota yang amat beliau cintai setelah Mekah. Berada di Madinah selama beberapa waktu membuat mata saya terbuka untuk mengenal lebih jauh sisi lain kehidupan dan masyarakat kota Madinah. Dari ‘Aisyah ra berkata; ketika kami masuk, Madinah adalah negeri tempat bersarangnya penyakit, lalu Rasulullah saw berdo’a:Ya Allah, berikanlah kecintaan kami kepada Madinah, sebagaimana Engkau berikan kecintaan kepada Mekah, atau lebih dari itu, dan bersihkanlah ia serta berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya, dan gantilah wabah penyakitnya dengan juhfah (Shahih Bukhari, no. 1889; Shahih Muslim, no. 1376, sumber : Sejarah Madinah Munawwarah oleh Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani)
Melewati batas kota Madinah, tampak padang pasir terhampar diselingi bukit batu di sisi kanan dan kiri jalan raya. Suasana tampak sepi dan gersang. Satu dua buah toko yang menjual minuman dingin dan rumah-rumah penduduk bermunculan di sisi jalan. Mendekati pusat kota, keramaian bertambah. Rumah dan toko yang berjajar semakin banyak. Di salah satu sudut kota, tampak deretan toko-toko yang cukup rapi berbaris di tepi jalan namun pada sudut kota yang lain terlihat pemandangan yang bertolak belakang. Beberapa rumah dan bangunan tampak dibangun di bukit-bukit batu dengan arsitektur sederhana, terkesan seadanya. Memasuki pusat kota, tampak Mesjid Nabawi berdiri dengan megahnya. Saat itu  (tahun 2005) pembangunan sedang giat dilakukan dalam rangka perluasan mesjid Nabawi. Pemukiman dan pusat keramaian penduduk semuanya berputar mengelilingi masjid yang sekaligus merupakan pusat kota Madinah.
Penduduk Madinah tergolong multi etnis. Mayoritas berkebangsaan Arab. Selain warga asli arab saudi, terdapat juga penduduk yang berasal dari negara timur tengah lain seperti Mesir, Suriah, Jordan, Libanon dan Turki. Selain itu, ada juga penduduk dari negara asia lainnya seperti Bangladesh, India, Pakistan, Filiphina dan Indonesia. Warga Bangladesh dan Indonesia cukup dikenal sebagai pekerja di sektor informal seperti supir, petugas kebersihan atau penjaga toko. Selain itu, warga negara afrika seperti Sudan juga banyak ditemui di Madinah.
Pertama kali tiba, saya harus memakai abaya (baju luar berwarna hitam) dan cadar. Sempat canggung juga ketika pertama kali memakai cadar. Cadar yang saya kenakan cukup rapat menutup wajah dan hanya menyisakan sedikit celah untuk mata saya. Sebagian wanita warga Saudi bahkan melengkapi cadarnya dengan tabir berupa sehelai kain tipis berwarna hitam sehingga raut wajah mereka benar-benar tidak terlihat dari luar.
Banyak aktivitas yang biasa kami lakukan selama tinggal di Madinah. Pada malam-malam musim panas biasanya saya berjalan santai bersama suami untuk sholat maghrib atau isya di masjid nabawi sambil mendorong kereta bayi sementara si kecil tertidur lelap didalamnya. Apabila ia terjaga, ia akan menyepakkan kaki-kaki mungilnya sambil menatap langit Madinah yang indah di waktu malam. Dari kejauhan, kemilau kubah mesjid nabawi serta adzan yang syahdu berkumandang sungguh sempurna mengundang kami dan warga madinah yang datang berduyun-duyun untuk segera bersujud kepada Sang Khalik.
Kami tinggal di kawasan Tarik Salam. Jarak antara imaroh (rumah) kami dengan mesjid Nabawi tidak terlampau jauh, bisa ditempuh setengah jam berjalan kaki dengan santai. Sungguh nyaman menyusuri jalan sambil melihat-lihat suasana kota. Aroma kari yang khas tercium saat kami melewati restoran arab atau turki. Di tepi jalan, kami jumpai sekumpulan pria yang sedang mengantre roti kubus untuk makan malam atau beberapa anak lelaki berkulit hitam yang asyik bermain bola sambil menikmati cuaca malam yang hangat.

Menginap di Hotel Singgasana, Surabaya

Alhamdulillah, bulan ini Bunda berkesempatan singgah di kota Surabaya sebanyak dua kali. Kedua-duanya dalam rangka pekerjaan. Alhamdulillah selain Bibik bisa dikondisikan untuk menginap sementara Bunda ke Surabaya,  kebetulan pula Ibu mertua sedang singgah di Bandung, jadilah kepergian Bunda ke Surabaya diacc oleh Ayah. Meskipun memang agak berat untuk meninggalkan  Fathan dan Hanif, tetapi Bunda meyakinkan diri bahwa dengan adanya Ayah, Ibu  dan Bibik bisa menggantikan fungsi Bunda sementara Bunda ke Surabaya.
Alhamdulillah lagi kunjungan ke Surabaya ini selain memang menyenangkan juga sangat memuaskan buat Bunda. Kalau istilahnya mah work hard, play harder hehehe.... Disela-sela jadwal pekerjaan yang padat, kami-Bunda and team  masih sempat kukurilingan Surabaya bahkan sampai ke Madura. Dan lebih menyenangkan lagi adalah fasilitas yang diberikan, termasuk transportasi dan  penginapan. Di Surabaya Bunda berkesempatan menginap di Hotel Singgasana. Karena pergi agak terburu-buru, Bunda tidak sempat searching dulu di internet tentang hotel ini.   Makanya Bunda agak takjub sewaktu baru  tiba di hotel. Hotel ini menurut Bunda sangat recommended. Suasananya nyaman dan menu sarapannya buanyak..  Mulai dari menu nasional seperti lontong kari sampai menu internasional seperti sushi dan kimchi ada, juga kesukaan bunda  yaitu  dimsum. Fasilitasnya juga oke, ada kolam renang yang lumayan besar dan beberapa sepeda yang bisa digunakan gratis. Bunda jadi serasa berlibur sambil bekerja. Hanya saja jarak dari loby ke kamar yang agak jauh membuat Bunda sempat terpikir ingin menggunakan sepeda atau sepatu roda. Terpikir juga, pasti alangkah senangnya kalau bisa menginap disini bersama ayah dan krucil. Tapi waktu melihat harganya hehehe.. lumayan juga ya.. Jadi dinikmati saja ya berlibur sambil bekerja ini.. Mumpung haratis...
Kalau yang penasaran bisa lihat foto-foto di Hotel Singgasana ini.





Jumat, 21 Juni 2013

MEMILIH PRASEKOLAH YANG TEPAT UNTUK ANAK



Bulan–bulan ini, Ayahbunda  yang memiliki anak usia pra  sekolah  pasti sedang sibuk-sibuknya mencari pendidikan pra sekolah yang sesuai untuk buah hati tercinta. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan anak sejak dini, kebutuhan untuk menyekolahkan anak terutama pada masa-masa golden age (1 – 5 tahun) semakin nyata. Kondisi ini disambut hangat kalangan bisnis dan praktisi pendidikan.  Pendidikan pra sekolah menjamur di sudut-sudut kota yang strategis. Singkatnya, berbagai pilihan pendidikan pra sekolah tersedia lengkap. Orangtua dimanjakan pilihan yang beraneka ragam. Namun demikian, tetap dituntut kejelian untuk memilih pendidikan pra sekolah yang tepat bagi anak.
Tentu saja ada faktor-faktor yang perlu menjadi acuan orangtua sebelum memutuskan pendidikan prasekolah yang terbaik bagi anak. Menurut Marian Edelman Borden dalam buku Smart Start: The Parents’ Complete Guide to Preschool Education yang diterbitkan oleh Kaifa, secara ringkas informasi yang perlu diketahui oleh orang tua sebelum menentukan pendidikan pra sekolah untuk anaknya adalah sebagai berikut :
1.      Perbandingan jumlah guru dan murid untuk menjamin kualitas pendidikan dan pengasuhan di sekolah tersebut
2.      Latar belakang pendidikan para staf terkait dengan kualitas sumber daya yang profesional
3.      Sekolah yang sudah terakreditasi dan memiliki izin dari pemerintah lokal dan pihak yang berwenang termasuk dari departemen kesehatan.
4.      Brosur
Teliti baik-baik, apakah isi brosur sesuai dengan kenyataan yang didapati pada saat orang tua mengunjungi sekolah itu? Apakah kegiatan yang ada sesuai dengan tujuan perkembangan pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ? Pada usia pra sekolah semestinya lebih menekankan hal-hal mendasar, seperti: belajar berbagi, kerja sama, menjelajahi dunia sekitar, menggunakan pancaindra untuk tumbuh secara intelektual, emosional dan fisik.
5.      Lokasi
Tentukan dengan jelas lokasi yang praktis serta paling memungkinkan bagi orang tua dan aman bagi anak.
6.      Lingkungan
Untuk lingkungan dalam kelas, lihatlah apakah ruang kelas cukup luas, bersih, terawat dan tertata dengan baik, memiliki sirkulasi udara yang bagus dan lembab,   pencahayaan yang memadai  serta keamanan yang terjamin?
Untuk lingkungan di luar gedung sekolah harus aman dan terawasi dengan baik  pada saat kedatangan dan pulang sekolah. Halaman bermain harus memenuhi segala persyaratan dan perlengkapan anak untuk dapat bermain tetapi juga harus aman dan terlindung (berpagar).
7.      Para staf pendidik yang bertanggung jawab di sekolah
Meskipun para staf pendidik memiliki gaya pendekatan dan kepribadian yang berbeda, yang harus diketahui dengan pasti adalah apakah mereka menikmati pekerjaan mereka sebagai guru. Apakah mereka sungguh-sungguh menyukai anak-anak ? Bagaimana mereka menangani masa adaptasi anak di lingkungan atau kegiatan baru? Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak-anak, baik bahasa tubuh maupun penggunaan bahasanya, apakah ia benar-benar mendengarkan anak? Bagaimana disiplin yang diterapkan? Bagaimana cara guru menghadapi anak yang sulit diatur?  serta bagaimana interaksi  guru dengan anak? Namun yang perlu diperhatikan secara keseluruhan adalah perhatikan ekspresi anak-anak selama belajar, apakah mereka tampak bahagia, tertarik dan sibuk dengan kegiatannya?
Dari semua point diatas, kalau boleh menambahkan, hal terpenting  adalah mengenalkan pendidikan agama termasuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pondasi yang paling mendasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Kedua,  kenali kecenderungan karakter dan kebutuhan anak. Meski saat ini, banyak pendidikan  pra sekolah yang  menawarkan pendekatan multidisiplin, baik dari aspek psikologis, agama, fisik dan lainnya, tetap harus diperhatikan bahwa setiap pra sekolah memiliki program unggulan masing-masing. Apabila anak memerlukan lingkungan yang menekankan sosialisasi dan perkembangan emosi yang baik, Anda dapat memilih pendidikan pra sekolah  dengan pilihan kegiatan yang mengutamakan hal tersebut. Demikian pula apabila anak cenderung lebih mudah menyerap informasi melalui gerakan maka pilihlah sekolah  yang  banyak menekankan kegiatan olah tubuh  sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan aktivitas anak untuk menyalurkan energinya. Tidak dianjurkan untuk memilih pra sekolah yang mengajarkan keterampilan calistung tapi pilihlah pendidikan pra sekolah yang lebih terarah pada kegiatan yang mendorong minat belajar, memfasilitasi rasa ingin tahu serta meningkatkan wawasan pengetahuan anak tentunya melalui berbagai kegiatan yang sesuai. Nah, sudahkah Anda memilih sekolah yang tepat bagi pendidikan pra sekolah anak tercinta Anda?

Sabtu, 15 Juni 2013

Singapore, Kota yang Mendidik Pelancong




Sekali lagi, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Singapore. Mungkin bagi sebagian orang, jalan-jalan ke Singapore merupakan hal yang biasa, semudah membalik telapak tangan. Namun, bagi saya, kesempatan beranjangsana ke Singapore merupakan suatu hal yang cukup luar biasa. Maka saya coba menikmati moment-moment selama transit di Singapore  meski waktu yang ada cukup mepet, hanya 24 jam atau sehari semalam saja.
Meski bukan kunjungan pertama saya, namun sejujurnya  baru pada kunjungan kali ini saya mendapat kesempatan untuk belajar  dari Singapore. Sejauh ini yang membuat saya terkesan, saya merasa dengan segala kondisi yang ada dan fasilitas yang terintegrasi dengan baik, seolah-olah Singapore sedang dan telah “mendidik”. Tidak hanya bagi  warganya namun juga sekedar pelancong  backpacker seperti saya.
Pelajaran pertama adalah kemandirian. Dimulai dengan menggunakan transportasi MRT, sebagai angkutan massal di Singapore. Meski cukup tekan rute tujuan dan memasukkan jumlah dollar Singapore sesuai jarak tempuh di mesin otomatis yang tersedia, namun tetap dituntut kemandirian, setidaknya untuk membaca peta  kota Singapore dan membeli  kartu   sampai dengan penggunaannya. Perlu untuk mandiri secara teknologi. Untungnya hal ini diiringi petunjuk dan aturan yang jelas, sehingga bisa mengurangi kebingungan para wisatawan. Waktunya? Cepat dan praktis! Tiba di tujuan tanpa macet.
Nyasar?  Jangan tanya jalan pada sembarang orang bak di Indonesia. Pelajaran kedua, Ikuti dan patuhi petunjuk yang resmi. Baik berupa tulisan dalam beberapa bahasa  baik bahasa Inggris maupun Melayu. Bisa juga bertanya ke pusat informasi turis. Tidak semua orang tahu tempat yang ingin kita tuju, meski tempat itu cukup terkenal. Apalagi jika orang tersebut adalah kaum pendatang atau imigran, jangan-jangan ia malah tidak paham bahasa Inggris.
Pelajaran ketiga, patuh dan taat pada aturan. Di dalam stasiun MRT tercantum dengan jelas peraturan dilarang merokok bahkan  juga makan durian. Kalau tidak, akan didenda ratusan bahkan ribuan dollar Singapore (1 dollar Singapore = sekitar 8 ribu rupiah). Hukum reward dan punishment yang mengacu pada kepentingan  umum tampak jelas. Punishmentnya adalah denda yang teramat besar, sementara rewardnya adalah kebersihan lingkungan  dan fasilitas umum yang  terjaga dengan baik.
Pelajaran keempat, menjaga kebugaran dan kesehatan dengan jalan kaki. Turun dari MRT jangan harap ada ojeg atau becak  yang melintas. Bersiap-siaplah memakai sepatu yang nyaman dan bawaan jangan terlalu berat. Memang untuk yang tidak biasa dan di Indonesia banyak mengandalkan motor, mobil atau angkot seperti saya, kaki lumayan pegal. Tapi tanpa disadari ini merupakan kegiatan yang menyehatkan dan murah tentunya. Tidak perlu keluar banyak uang untuk fitness tapi badan sudah terasa bugar. Ditambah dengan metode “jalan cepat” yang diterapkan kebanyakan warga kota dan dengan pemandangan hijau yang menyegarkan dan polusi yang minimal. Setidaknya di atas trotoar dan diluar stasiun MRT.  Badan bugar, mata segar.
Cukup satu hari, sehari semalam di Singapore saya telah mendapat banyak pelajaran. Kota yang terintegrasi dengan baik, dalam bentuk aturan yang konsisten dan fasilitas umum yang terjaga ternyata secara nyata  berusaha mendidik warganya untuk mandiri, patuh mengikuti aturan serta sehat dan bugar. Jangan bandingkan dengan Bandung, atau kota lain yang paciweuh; banyaknya warga yang “nyaman”  menggunakan kendaraan pribadi berupa motor dan mobil. Kemudian berlomba-lomba bersaing dengan angkutan umum memenuhi jalan. Bahkan terkadang sering tidak mengindahkan aturan.  Akibatnya, waktu di jalan yang lama habis akibat macet yang disertai “keterpaksaan” menghisap polusi udara.  Membuat tidak sehat jiwa dan raga.
Namun demikian, setiap hal ada sisi baik atau buruk. Di Indonesia meski kondisi demikian ternyata masih memungkinkan masyarakat berinteraksi. Entah mengeluh tentang kemacetan dengan sesama pengguna angkot atau  bahkan sesama pengguna kendaraan yang “bersitegang” di jalanan. Hal ini yang belum saya jumpai di Singapore. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mudah-mudahan kelak dalam hal ini Indonesia bisa lebih baik. Mampu mendidik warganya tanpa harus kehilangan kehangatan dan kepedulian  yang menjadi salah satu ciri khas masyarakatnya.

Eksplorasi ke Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan, bermain sambil belajar





Eksplorasi ke Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan, bermain sambil belajar

Hendak menghabiskan waktu libur bersama anak yang cuma sebentar dengan biaya murah meriah?  Hendak mencari tempat yang menghibur sekaligus mendidik bagi anak?  Salah satu alternatif yang saya sarankan adalah Puspa Iptek Kota baru Parahyangan. Untuk warga Bandung dan sekitarnya, Puspa Iptek memang bukan tempat yang asing.
Tidak lebih dari 5 menit selepas tol Padalarang, memasuki kota baru Parahyangan kita akan langsung disambut oleh sebuah bangunan berbentuk unik dengan warna mencolok.  Pada bangunan tersebut terdapat sun dial atau jam matahari yang merupakan jam matahari terbesar di Asia Tenggara.
Banyak sekali peralatan atau percobaan yang disajikan di museum ini. Beberapa di antaranya, bola melayang, kursi paku, cermin tak hingga, momentum, gravitasi, kaleidoskop, pompa air Archimedes, sampai wajah nengok. Ditanggung, anak-anak pasti akan sangat tertarik untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan beragam percobaan disana. Nah, supaya kunjungan bisa berjalan efektif baik untuk anak-anak maupun ayah bundanya,  ada beberapa tips nyaman berkunjung ke Puspa Iptek :
-          Perkirakan waktu yang tepat.  
Jam buka Puspa Iptek  mulai dari pukul 08.30 sampai dengan  pukul 16.00. Lebih pagi tiba di sana, akan lebih nyaman karena udara masih cukup segar. Selain itu, pilih hari yang tepat untuk berkunjung. Sebaiknya berkunjung  pada hari-hari  dimana anak sekolah umumnya belum libur besar atau masih di awal-awal tahun ajaran baru. Puspa Iptek merupakan tempat favorit untuk dikunjungi oleh sejumlah sekolah. Oleh karena itu, apabila kita berkunjung kesana sekeluarga, akan lebih nyaman apabila suasananya tidak terlalu ramai. Anak pun lebih leluasa mengamati dan mencoba berbagai peralatan yang tersedia di sana.  Selain itu, kita pun bisa mendapatkan penjelasan  secara langsung dari petugas museum tentang berbagai eksperimen yang dilakukan.   Apabila  berkunjung bersamaan dengan rombongan anak sekolah, selain tempat akan lebih sesak, pembelajaran anak terhadap berbagai peralatan sains disana juga akan kurang efektif karena harus bergiliran dengan anak lainnya.
-          Perhitungkan usia anak.
Tempat ini paling pas dikunjungi oleh  anak usia sekolah, yaitu mulai tingkat SD  ke atas. Meski beberapa peralatan juga cukup menarik bagi anak usia pra sekolah, namun sebagian besar peralatan di sana lebih sesuai untuk pembelajaran sains bagi anak usia SD ke atas. Apabila membawa anak balita, lebih baik kita dampingi.
-          Baca petunjuk yang tersedia dengan seksama.
Paling baik adalah mendapat penjelasan dari petugas museum. Akan tetapi apabila tidak memungkinkan, kita pun dapat mendampingi anak dalam mencoba berbagai alat/percobaan disana. Jangan lupa, baca petunjuknya dengan teliti.
-          Mengetahui perkiraan biaya
Apabila kita hanya ingin mengunjungi museum, kita diharuskan membayar tiket masuk yang cukup murah, yaitu 12 ribu per orang. Pada waktu saya berkunjung, ada juga pilihan lain berupa tiket terusan, yaitu selain mengunjungi  museum, kita juga dapat menonton film 4 dimensi sehingga totalnya biaya yang dikeluarkan sebesar 24 ribu per orang. Hanya saja bangunan bioskop, cukup jauh jaraknya  karena tidak bersatu dengan bangunan museum.
-          Jangan lupa, tengok merchandise
Puas berjalan-jalan, jangan lupa mampir ke toko souvenir yang terletak di dekat pintu keluar. Souvenir ini bukan sembarangan souvenir lho… Tapi merupakan produk yang dikemas khusus untuk anak apabila ingin melakukan beragam percobaan di rumah sepulang dari Puspa Iptek. Bahan yang dikemas untuk satu kali percobaan cukup praktis namun tetap aman. Tujuannya agar anak mendapat pengetahuan tentang reaksi yang terjadi sebagai hasil percampuran dari satu bahan dengan bahan lainnya.
-          Serunya bereksperimen
Kalau beruntung ketika  kita datang, para petugas yang berjaga disana akan menampilkan satu atau dua eksperimen yang menarik dan dapat disaksikan oleh seluruh pengunjung. Serunya para pengunjung juga dapat terlibat langsung dalam eksperimen, tentunya dibawah bimbingan para petugas.
-          Singgah di Mesjid Al Irsyad
Kota Baru Parahyangan secara umum merupakan tempat yang nyaman untuk berjalan-jalan, apalagi apabila kita membawa kendaraan. Siangnya, selesai berkunjung ke Puspa Iptek Parahyangan, kita dapat menyempatkan diri untuk menunaikan sholat dzuhur di mesjid Al Irsyad yang letaknya tidak jauh. Disain bangunan Mesjid Al Irsyad yang modern namun unik akan membuat kita betah berlama-lama menghabiskan waktu sembari beristirahat melepas lelah.

So… tunggu apa lagi ? mari belajar sambil bermain ke Puspa Iptek !



1.  





PELAJARAN DARI HONGKONG




PELAJARAN DARI HONGKONG



Pagi itu di bus, dalam perjalanan wisataku di Hongkong. Sebuah perjalanan yang aku cita-citakan sejak lama. Sampai aku rela banting tulang untuk menggapainya. Kini, di tengah semilir dingin AC bus, tak puas-puasnya aku melahap pemandangan yang terbingkai di jendela. Gedung-gedung pencakar langit, lalu lintas yang sibuk, lalu-lalang gadis-gadis dengan dandanan yang modis serta jajaran toko tak berkesudahan.  
 Guide kami yang cantik, seorang wanita setengah baya, sebut saja Achi. Ia penduduk  Hongkong namun memiliki banyak kerabat di Indonesia, dengan fasihnya menceritakan berbagai tempat yang kami lewati. Saat itu bus yang  kami tumpangi melewati sebuah taman cantik yang tertata rapi, sayangnya tampak sepi. Hmm… mungkinkah karena ini adalah jamnya anak sekolah dan orang bekerja? batinku.  Seolah mengetahui apa yang kupikirkan, Achi berkata “ Taman tadi sepi ya…. Kalau di Indonesia mungkin jam-jam segini ada anak kecil yang sedang main. Di sini jarang ada anak kecil. Biayanya mahal kalau punya anak. Jangankan punya anak, untuk menikahpun banyak yang menunda. Living cost disini sangat tinggi”  Ia lalu melanjutkan “  Anda semua sangat beruntung tinggal di Indonesia.  Disini, karena biaya hidup yang tinggi, maka suami-istri harus bekerja. Lalu siapa yang akan menjaga anak? membayar pengasuh anak, gajinya sangat besar. Untuk makan sehari-hari harus hitung-hitungan.. Anda semua enak…bisa makan ayam kampung yang sehat dan segar. Kalau disini, saya makan ayam yang sudah diinjeksi. Itu pun tak murah. Tempat tinggal saya juga sempit….coba Anda lihat sebelah kiri Anda….” Aku menengok ke jendela.  Di depanku terpampang deretan flat sekitar  5 sampai 8 tingkat. Bangunannya padat dan tampak kumuh.  Ini kah tempat tinggalnya? “ Ya, ini tempat tinggal saya. Sudah 20 tahun saya tinggal di Hongkong tapi sehari-hari seperti itulah tempat saya tinggal. Sempit. Hanya 2 kamar  kecil-kecil dan tak ada halaman. Andai tua kelak, saya ingin pulang ke Indonesia. Saya ingin punya rumah yang ada halamannya. Tempat saya bisa duduk-duduk sambil menikmati kebun yang saya tanam dan memandang ayam-ayam peliharaan saya yang bebas berkeliaran di halaman” katanya dengan pandangan mata menerawang.
Aku tertegun. Tiba-tiba  rasa rindu pada rumah mungilku di Bandung begitu mengigit. Sangat.

Dimuat di Rubrik Kata Hati Majalah Sekar