Selasa, 16 Januari 2018

Jogjakarta, Destinasi Favorit Keluarga (Bag -1)






Kali ini saya akan bercerita  tentang travelling keluarga kami ke Jogja  pada  bulan Agustus lalu.  Sudah sejak lama, saya “mengincar” Jogjakarta sebagai destinasi favorit untuk disambangi  bersama  keluarga. Hanya saja, terbentur jatah cuti Suami yang terbatas. Jika mengalokasikan hanya 1 atau 2 hari saja tampaknya akan kurang afdol karena Jogja menawarkan banyak tempat wisata yang menarik- yang tidak cukup dikunjungi  hanya dalam waktu yang sebentar.  Banyaknya informasi dari teman-teman yang jatuh cinta dengan Jogja membuat saya semakin penasaran. Memang saya  pernah beberapa kali  berkunjung ke Jogja, namun hanya sebentar sehingga tidak ada kesan yang istimewa yang saya  rasakan. Maka, ketika Suami kebetulan mendapat  jatah waktu libur sekitar seminggu, Saya langsung memutuskan untuk travelling ke Jogja. Meski alokasi anggaran terbatas, saya tetap berusaha untuk merancang liburan yang  murah meriah namun tetap nyaman. Terlebih  karena  tiga anak kami terdiri dari tingkatan usia yang berbeda-beda yang artinya  preferensi minat mereka pun berbeda. Si sulung yang sudah masuk ABG dan mulai puber, si tengah yang berusia delapan tahun dan sedang kritis dalam menilai segala sesuatu  hingga si bungsu; batita yang sedang senang-senangnya bereksplorasi dan punya minat yang  kuat untuk “mengulik” berbagai hal yang ditemui.  Belum lagi saya, yang senang window shopping dan suka  menikmati hal-hal yang  bersifat  budaya maupun sejarah. Suami? Sepertinya yang penting cocok kulinernya  hehehe… Singkatnya saya  harus mencari berbagai tempat wisata  yang dapat mengakomodir  seluruh keinginan keluarga.
Sebagai persiapan untuk memudahkan perjalanan kami, saya mencoba  merancang  itinerary yang beberapa kali dibongkar pasang.  Btw saya exited sekali lho merancang perjalanan dan membuat itinenary ini. Dari mulai browsing  hotel dan tempat wisata, semua dilakukan dengan senang hati; termasuk rela begadang menyelesaikan  untuk beberapa pekerjaan yang sudah memasuki waktu dedlen  agar  semua  tugas bisa tuntas sebelum kami pergi.  Akhirnya setelah beberapa  kali bongkar pasang, berikut  itinerary yang saya buat:

Tanggal
Waktu
Lokasi
Aktivitas
Harga
Minggu, 13 Agt 2017
Pagi
08.30
Hotel Puri Pangeran
Check in *
@ 435.000 x 2 malam = 870.000

10.00- 15.00
Taman Pintar
-Sarapan  soto daging di sekitar tmn pintar

- Explore Taman Pintar



- Explore Buku eks shoping center sblh Taman pintar
1.Sarapan =
@ 8000an + tempe
Total 36.000
2. Taman Kotak/oval
-Anak @ 10.000
-Dew @ 18.000
3. Planetarium


15.00 –
Hotel Puri Pangeran
Istirahat
Berenang


Senin, 14 Agt
2017
08.00 -10. 00
Museum Dirgantara
Explore
Tiket @3000 plus bayar tiket untuk kamera

10.00 - 12.00
Museum Sandi
Explore
Tiket Gratis

12.00 – 13.00
House of Raminten
Makan siang
Harga standar, rasa cukup enak.  total habis 176 rb dengan menu gudeg 2 porsi, bakso 1 porsi , nasi ayam 2 porsi  plus minum.

13.00- 15.00
Toko Tas Dowa  Mangkubumi  dkt Tugu Jogja

Mirota
Beringharjo
Window shopping


15.00-
Pempek Kamto


Harga standar, rasa cukup enak.

15.00 –
Hotel Puri Pangeran
Berenang
Istirahat

Selasa, 15 Agt
2017
06.00-07.00
Hotel Puri Pangeran
Sarapan sekaligus  Check out



07.00-09.00

Perjalanan ke pantai Indrajanti


09.00- 13.00
Pantai Indrajanti dan pantai2 sekelilingnya
Explore
Harga tiket 10 rb perorang  untuk masuk ke beberapa pantai

13.00-14.00
Pantai Indrajanti
Makan siang
Harga standar

14.00 -16.00

Perjalanan pulang  ke hotel


16.00- 19.00
Hotel Sagan Huis
Istirahat + Check in


19.00-21.00
Jejamuran*

Explore + makan malam

Harga  relative  tidak terlalu  mahal dengan rasa yang enak;
Recommended.

21.00- Malam
Hotel Sagan Huis
Istirahat

Rabu, 16 Agt
2017
07.00-08.00
Hotel Sagan Huis
Sarapan


08.00-10.00
Candi Prambanan
Explore
Dewasa 40 rb
Anak 20 rb

10.00-11.00
Taman Sari
Explore + Guide


11.00-12.00
Museum Velderburg
Explore
Buka Selasa-Minggu 07.30
Anak2 @2000
Dew @3000

12.00 – 13.00
Makan siang



14.00 – 16.00
Museum De Trick & De Arca
Explore
Senin-jumat 10.00-15.00
@ 25000- 60000
 Hari biasa sd jam 15.00  terusan 100 rb
Hari biasa jam 15.00 sd malam  terusan 120 rb
Hari libur  terusan 140 rb

Malam
Hotel Sagan Huis
Istirahat

kamis, 17 Agt
2017
06.30-07.30
Hotel Sagan Huis
Sarapan


07.30-08.30

Perjalanan ke  Kaliurang


08.30- 10.00
Museum Gunung Merapi
Explore


10.00-
Merapi Park
Explore
@ 15 rb
L

12.30-13.30
Warung SS/Gudeg Hj. Ahmad
Makan siang


13.30-15.30
Museum Ullen Sentalu
Explore
Dewasa 30 rb
Anak diatas 5 thn 15 rb

15.30-

Perjalanan Pulang

Jum’at, 18 Agt
2017
07.30-10.00
Hotel Sagan Huis
Check out


10.00
Psr Beringharjo
Oleh2



Bakpia Pathuk

Recommended, Bakpia Fresh

11.30- 13.30

Makan siang



Taman pelangi Monjali*


@ 10 ribu



Pulang ke Bandung


Alhamdulillah, hampir semua  tempat wisata  bisa dikunjungi sesuai itinerary.  Hanya satu yang gagal yaitu Museum Gunung  Merapi karena  ternyata saat itu bertepatan dengan  tanggal 17 Agustus itu Museum libur; berhubung pegawainya harus  menghadiri upacara kemerdekaan. Sayangnya, informasi ini mungkin tidak banyak diketahui orang. Saat  itu kami juga menyaksikan beberapa mobil yang senasib dengan kami;  putar balik setelah mendapatkan pagar museum tertutup rapat. 

Selanjutnya, saya akan mengulas secara singkat  beberapa destinasi wisata favorit yang dikunjungi. Mengenai review  penginapan/hotel  sudah dituangkan di tulisan sebelumnya. 

1.       Taman Pintar
Ini destinasi utama dari dua bujang kami. Rencananya akan dikunjungi hari Selasa, karena hari senin libur. Tapi Alhamdulillah karena perjalanan Bandung-Jogja yang sangat lancar; kami dapat mengunjungi Taman Pintar lebih awal dari rencana yaitu hari Minggu. Tempatnya cukup menarik dan lengkap, meski ada sedikit kesan kurang terawat. Karena keterbatasan waktu, tidak semua tempat kami kunjungi. Kami hanya  masuk ke gedung oval, gedung kotak dan gedung planetarium.  Di dalam gedung planetarium kami menonton tayangan tentang   benda-benda luar angkasa. Sebetulnya cukup menarik; hanya saja saya berharap lebih sebetulnya. Mungkin apabila ada penyesuaian dengan teknologi terkini terkait ilmu astronomi,  sajian di Planetarium akan lebih menarik. Sementara itu,  wahana  di gedung  oval dan gedung kotak sama-sama bernuansa  sains; yang menjadi minat dan kesukaan dua bujang kami. Bedanya  di gedung oval lebih  mengarah pada sains murni dengan display lebih  bernuansa teknis; kalau di Bandung  mirip Puspaiptek  dan Bandung Sains Center mungkin ya.  Favorit anak-anak adalah rumah simulator gempa; sedangkan favorit bundanya adalah foto-foto tokoh ilmuwan yang dipajang di Dome Area. Maklum karena si Bunda  kudet juga; baru tahu ada  sejumlah ilmuwan terkenal  di dunia yang berasal dari Indonesia selain Pak Habibie. Zona tata surya  juga tidak kalah menarik. Pokoknya seru lah. Bujang-bujang sampai susah ditarik pulang dari sini, sementara si cantik seperti biasa; menjadi penggembira.  Nah kalau di gedung Kotak, lebih  bernuansa modern.  Displaynya juga dikemas lebih cantik dan informatif; mungkin karena ada kerjasama dengan beberapa lembaga tertentu. Beberapa diantaranya ada zona air, zona olahraga, lorong ilusi, dll. Paling menarik di zona Indonesiaku karena anak-anak bisa bermain gamelan. Sementara zona olahraga juga tak kalah seru karena  banyak permainan yang memanfaatkan penggunaan teknologi terkini. Pokoknya seru :D Kalau bukan karena kaki yang sudah pegal sepertinya anak-anak masih betah disana. Tuntas dari sana, kami menyempatkan maksi di pujaseranya; tidak jauh dari sana. Di sini sempat mencicip  menu ayam goreng tepung murah meriah harga Jogja. As a book lover, Saya juga menyempatkan diri untuk melongok pasar buku Taman Pintar beberapa langkah dari sana. Cukup recommended.  



2.       Museum Dirgantara
Ini museum yang sangat recommended untuk dikunjungi  bersama anak-anak. Terlebih saya yang membawa  bujang usia 13 tahun dan 8 tahun. Museum ini bisa dibilang sangat lengkap. Mulai dari sejarah dirgantara di Indonesia, berbagai perangkat dan perlengkapan yang mendukung sampai dengan berbagai pesawat yang digunakan  baik selama masa-masa penjajahan, Indonesia merdeka sampai dengan perkembangan teknologi terakhir. Display yang disajikan sangat lengkap dan informative; termasuk  berbagai diorama yang  “bercerita”.  Harga tiket terbilang murah sekali. Selain tiket kita hanya diminta membayar juga untuk penggunaan  kamera.  Kendala nyaris tidak  ada, hanya saja lampu sempat mati saat kami di dalam ruangan. Membuat suasana terasa sedikit “keueung- kalau kata orang Sunda mah” karena pengunjung yang sepi.  Maklum  saat itu hari kerja. Setelah tuntas  menelusuri museum dan turun sebentar ke ruang  bawah tanah, kami bisa bersantai-santai di bawah pohon rindang; beristirahat sambil menikmati angin semilir kota Jogja di halaman museum yang ditata apik dan cukup rindang. 



3.       Museum Sandi
Ini salah satu museum menarik di Jogja yang sering terlupakan. Posisinya  yang  terbilang di dekat pusat kota sebetulnya  mudah untuk dijangkau. Bangunan museum tergolong mungil namun terdiri atas dua lantai. Museum ini dapat dikunjungi  for free alias gratis. Pengunjung bahkan mendapat semacam karcis berupa gelang kertas yang bisa dipasang di tangan bertuliskan huruf-huruf semacam kode rahasia atau sandi.  Kunjungan  diawali dengan melihat semacam film documenter tentang  sejarah persandian  di dunia. Selepas itu, dikawal dengan Bapak guide kami  memulai petualangan unik tentang  serba serbi sandi. Para bujang langsung tertarik karena ditantang untuk memecahkan sejumlah kode  sandi. Sedikit  penjelasan tentang sandi, sejarah dan informasi penggunaan sandi disampaikan dengan menarik oleh bapak guide yang cukup membuat para  bujang terpaku. Sayangnya  setelah itu  Bapak guide pamit dan kami  menjelajah museum secara mandiri. Museum ini terbilang  mungil dan dari sisi pencahayaan  tergolong  gelap. Displaynya meski cukup menarik namun  terbatas; jumlahnya masih sedikit. Jadilah dalam waktu tidak terlalu lama, petualangan kami  di Museum Sandi usai sudah.  Sejujurnya, saya antusias sekali dengan museum Sandi. Menurut saya ini salah satu museum yang menarik di Jogja dengan tema yang tidak biasa. Hanya saja, tampaknya museum ini masih membutuhkan  banyak inovasi agar bisa tampil  lebih menarik dan informative sesuai dengan perkembangan zaman. Apabila itu terjadi, saya yakin, museum ini akan semakin banyak diminati oleh para wisatawan yang datang ke Jogja. 

Note: Karena HP saya  lagi-lagi tercebur ke pantai dan flashdisk suami yang  berisi foto hilang,  sebagian besar  gambar yang diambil tidak dapat terselamatkan hiks…  Jadi terpaksa puas dengan  foto yang ada.

Bersambung  ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar