Kali ini saya
akan bercerita tentang travelling keluarga
kami ke Jogja pada bulan Agustus lalu. Sudah sejak lama, saya “mengincar” Jogjakarta
sebagai destinasi favorit untuk disambangi
bersama keluarga. Hanya saja,
terbentur jatah cuti Suami yang terbatas. Jika mengalokasikan hanya 1 atau 2
hari saja tampaknya akan kurang afdol karena Jogja menawarkan banyak tempat
wisata yang menarik- yang tidak cukup dikunjungi hanya dalam waktu yang sebentar. Banyaknya informasi dari teman-teman yang
jatuh cinta dengan Jogja membuat saya semakin penasaran. Memang saya pernah beberapa kali berkunjung ke Jogja, namun hanya sebentar
sehingga tidak ada kesan yang istimewa yang saya rasakan. Maka, ketika Suami kebetulan
mendapat jatah waktu libur sekitar
seminggu, Saya langsung memutuskan untuk travelling ke Jogja. Meski alokasi
anggaran terbatas, saya tetap berusaha untuk merancang liburan yang murah meriah namun tetap nyaman.
Terlebih karena tiga anak kami terdiri dari tingkatan usia
yang berbeda-beda yang artinya
preferensi minat mereka pun berbeda. Si sulung yang sudah masuk ABG dan
mulai puber, si tengah yang berusia delapan tahun dan sedang kritis dalam
menilai segala sesuatu hingga si bungsu;
batita yang sedang senang-senangnya bereksplorasi dan punya minat yang kuat untuk “mengulik” berbagai hal yang
ditemui. Belum lagi saya, yang senang window shopping dan suka menikmati hal-hal yang bersifat
budaya maupun sejarah. Suami? Sepertinya yang penting cocok kulinernya hehehe… Singkatnya saya harus mencari berbagai tempat wisata yang dapat mengakomodir seluruh keinginan keluarga.
Sebagai persiapan untuk
memudahkan perjalanan kami, saya mencoba merancang itinerary yang beberapa kali dibongkar pasang.
Btw saya exited sekali lho merancang
perjalanan dan membuat itinenary ini. Dari mulai browsing hotel dan tempat wisata, semua dilakukan
dengan senang hati; termasuk rela begadang menyelesaikan untuk beberapa pekerjaan yang sudah memasuki
waktu dedlen agar semua
tugas bisa tuntas sebelum kami pergi.
Akhirnya setelah beberapa kali
bongkar pasang, berikut itinerary yang
saya buat:
Tanggal
|
Waktu
|
Lokasi
|
Aktivitas
|
Harga
|
Minggu, 13 Agt 2017
|
Pagi
08.30
|
Hotel Puri Pangeran
|
Check in *
|
@ 435.000 x 2 malam = 870.000
|
|
10.00- 15.00
|
Taman Pintar
|
-Sarapan
soto daging di sekitar tmn pintar
- Explore Taman Pintar
- Explore Buku eks shoping center sblh Taman
pintar
|
1.Sarapan =
@ 8000an + tempe
Total 36.000
2. Taman Kotak/oval
-Anak @ 10.000
-Dew @ 18.000
3. Planetarium
|
|
15.00 –
|
Hotel Puri Pangeran
|
Istirahat
Berenang
|
|
Senin, 14 Agt
2017
|
08.00 -10. 00
|
Museum Dirgantara
|
Explore
|
Tiket @3000 plus bayar tiket untuk kamera
|
|
10.00 - 12.00
|
Museum Sandi
|
Explore
|
Tiket Gratis
|
|
12.00 – 13.00
|
House of Raminten
|
Makan siang
|
Harga standar, rasa cukup enak. total habis 176 rb dengan menu gudeg 2 porsi,
bakso 1 porsi , nasi ayam 2 porsi plus
minum.
|
|
13.00- 15.00
|
Toko Tas Dowa
Mangkubumi dkt Tugu Jogja
Mirota
Beringharjo
|
Window shopping
|
|
|
15.00-
|
Pempek Kamto
|
|
Harga standar, rasa cukup enak.
|
|
15.00 –
|
Hotel Puri Pangeran
|
Berenang
Istirahat
|
|
Selasa, 15 Agt
2017
|
06.00-07.00
|
Hotel Puri Pangeran
|
Sarapan sekaligus
Check out
|
|
|
07.00-09.00
|
|
Perjalanan ke pantai Indrajanti
|
|
|
09.00- 13.00
|
Pantai Indrajanti dan pantai2 sekelilingnya
|
Explore
|
Harga tiket 10 rb perorang untuk masuk ke beberapa pantai
|
|
13.00-14.00
|
Pantai Indrajanti
|
Makan siang
|
Harga standar
|
|
14.00 -16.00
|
|
Perjalanan pulang
ke hotel
|
|
|
16.00- 19.00
|
Hotel Sagan Huis
|
Istirahat + Check in
|
|
|
19.00-21.00
|
Jejamuran*
|
Explore + makan malam
|
Harga relative
tidak terlalu mahal dengan rasa yang enak;
Recommended.
|
|
21.00- Malam
|
Hotel Sagan Huis
|
Istirahat
|
|
Rabu, 16 Agt
2017
|
07.00-08.00
|
Hotel Sagan Huis
|
Sarapan
|
|
|
08.00-10.00
|
Candi Prambanan
|
Explore
|
Dewasa 40 rb
Anak 20 rb
|
|
10.00-11.00
|
Taman Sari
|
Explore + Guide
|
|
|
11.00-12.00
|
Museum Velderburg
|
Explore
|
Buka Selasa-Minggu 07.30
Anak2 @2000
Dew @3000
|
|
12.00 – 13.00
|
Makan siang
|
|
|
|
14.00 – 16.00
|
Museum De Trick & De Arca
|
Explore
|
Senin-jumat 10.00-15.00
@ 25000- 60000
Hari biasa
sd jam 15.00 terusan 100 rb
Hari biasa jam 15.00 sd malam terusan 120 rb
Hari libur
terusan 140 rb
|
|
Malam
|
Hotel Sagan Huis
|
Istirahat
|
|
kamis, 17 Agt
2017
|
06.30-07.30
|
Hotel Sagan Huis
|
Sarapan
|
|
|
07.30-08.30
|
|
Perjalanan ke
Kaliurang
|
|
|
08.30- 10.00
|
Museum Gunung Merapi
|
Explore
|
|
|
10.00-
|
Merapi Park
|
Explore
|
@ 15 rb
L
|
|
12.30-13.30
|
Warung SS/Gudeg Hj. Ahmad
|
Makan siang
|
|
|
13.30-15.30
|
Museum Ullen Sentalu
|
Explore
|
Dewasa 30 rb
Anak diatas 5 thn 15 rb
|
|
15.30-
|
|
Perjalanan Pulang
|
|
Jum’at, 18 Agt
2017
|
07.30-10.00
|
Hotel Sagan Huis
|
Check out
|
|
|
10.00
|
Psr Beringharjo
|
Oleh2
|
|
|
|
Bakpia Pathuk
|
|
Recommended, Bakpia Fresh
|
|
11.30- 13.30
|
|
Makan siang
|
|
|
|
Taman pelangi Monjali*
|
|
@ 10 ribu
|
|
|
|
Pulang ke Bandung
|
|
Alhamdulillah, hampir semua tempat wisata
bisa dikunjungi sesuai itinerary.
Hanya satu yang gagal yaitu Museum Gunung Merapi karena
ternyata saat itu bertepatan dengan
tanggal 17 Agustus itu Museum libur; berhubung pegawainya harus menghadiri upacara kemerdekaan. Sayangnya,
informasi ini mungkin tidak banyak diketahui orang. Saat itu kami juga menyaksikan beberapa mobil yang
senasib dengan kami; putar balik setelah
mendapatkan pagar museum tertutup rapat.
Selanjutnya, saya akan mengulas
secara singkat beberapa destinasi wisata
favorit yang dikunjungi. Mengenai review penginapan/hotel sudah dituangkan di tulisan sebelumnya.
1. Taman
Pintar
Ini destinasi
utama dari dua bujang kami. Rencananya akan dikunjungi hari Selasa, karena hari
senin libur. Tapi Alhamdulillah karena perjalanan Bandung-Jogja yang sangat
lancar; kami dapat mengunjungi Taman Pintar lebih awal dari rencana yaitu hari
Minggu. Tempatnya cukup menarik dan lengkap, meski ada sedikit kesan kurang
terawat. Karena keterbatasan waktu, tidak semua tempat kami kunjungi. Kami
hanya masuk ke gedung oval, gedung kotak
dan gedung planetarium. Di dalam gedung
planetarium kami menonton tayangan tentang benda-benda luar angkasa. Sebetulnya cukup
menarik; hanya saja saya berharap lebih sebetulnya. Mungkin apabila ada
penyesuaian dengan teknologi terkini terkait ilmu astronomi, sajian di Planetarium akan lebih menarik.
Sementara itu, wahana di gedung
oval dan gedung kotak sama-sama bernuansa sains; yang menjadi minat dan kesukaan dua
bujang kami. Bedanya di gedung oval
lebih mengarah pada sains murni dengan
display lebih bernuansa teknis; kalau di
Bandung mirip Puspaiptek dan Bandung Sains Center mungkin ya. Favorit anak-anak adalah rumah simulator
gempa; sedangkan favorit bundanya adalah foto-foto tokoh ilmuwan yang dipajang
di Dome Area. Maklum karena si Bunda
kudet juga; baru tahu ada
sejumlah ilmuwan terkenal di
dunia yang berasal dari Indonesia selain Pak Habibie. Zona tata surya juga tidak kalah menarik. Pokoknya seru lah.
Bujang-bujang sampai susah ditarik pulang dari sini, sementara si cantik
seperti biasa; menjadi penggembira. Nah
kalau di gedung Kotak, lebih bernuansa
modern. Displaynya juga dikemas lebih
cantik dan informatif; mungkin karena ada kerjasama dengan beberapa lembaga
tertentu. Beberapa diantaranya ada zona air, zona olahraga, lorong ilusi, dll.
Paling menarik di zona Indonesiaku karena anak-anak bisa bermain gamelan.
Sementara zona olahraga juga tak kalah seru karena banyak permainan yang memanfaatkan penggunaan
teknologi terkini. Pokoknya seru :D Kalau bukan karena kaki yang sudah pegal
sepertinya anak-anak masih betah disana. Tuntas dari sana, kami menyempatkan
maksi di pujaseranya; tidak jauh dari sana. Di sini sempat mencicip menu ayam goreng tepung murah meriah harga
Jogja. As a book lover, Saya juga menyempatkan diri untuk melongok pasar buku
Taman Pintar beberapa langkah dari sana. Cukup recommended.
2. Museum
Dirgantara
Ini museum yang
sangat recommended untuk dikunjungi bersama
anak-anak. Terlebih saya yang membawa
bujang usia 13 tahun dan 8 tahun. Museum ini bisa dibilang sangat
lengkap. Mulai dari sejarah dirgantara di Indonesia, berbagai perangkat dan
perlengkapan yang mendukung sampai dengan berbagai pesawat yang digunakan baik selama masa-masa penjajahan, Indonesia
merdeka sampai dengan perkembangan teknologi terakhir. Display yang disajikan
sangat lengkap dan informative; termasuk
berbagai diorama yang “bercerita”. Harga tiket terbilang murah sekali. Selain
tiket kita hanya diminta membayar juga untuk penggunaan kamera. Kendala nyaris tidak ada, hanya saja lampu sempat mati saat kami
di dalam ruangan. Membuat suasana terasa sedikit “keueung- kalau kata orang
Sunda mah” karena pengunjung yang sepi. Maklum saat itu hari kerja. Setelah tuntas menelusuri museum dan turun sebentar ke
ruang bawah tanah, kami bisa
bersantai-santai di bawah pohon rindang; beristirahat sambil menikmati angin
semilir kota Jogja di halaman museum yang ditata apik dan cukup rindang.
3. Museum
Sandi
Ini salah satu
museum menarik di Jogja yang sering terlupakan. Posisinya yang
terbilang di dekat pusat kota sebetulnya
mudah untuk dijangkau. Bangunan museum tergolong mungil namun terdiri
atas dua lantai. Museum ini dapat dikunjungi for free alias gratis. Pengunjung bahkan
mendapat semacam karcis berupa gelang kertas yang bisa dipasang di tangan
bertuliskan huruf-huruf semacam kode rahasia atau sandi. Kunjungan
diawali dengan melihat semacam film documenter tentang sejarah persandian di dunia. Selepas itu, dikawal dengan Bapak
guide kami memulai petualangan unik
tentang serba serbi sandi. Para bujang
langsung tertarik karena ditantang untuk memecahkan sejumlah kode sandi. Sedikit
penjelasan tentang sandi, sejarah dan informasi penggunaan sandi
disampaikan dengan menarik oleh bapak guide yang cukup membuat para bujang terpaku. Sayangnya setelah itu
Bapak guide pamit dan kami
menjelajah museum secara mandiri. Museum ini terbilang mungil dan dari sisi pencahayaan tergolong
gelap. Displaynya meski cukup menarik namun terbatas; jumlahnya masih sedikit. Jadilah
dalam waktu tidak terlalu lama, petualangan kami di Museum Sandi usai sudah. Sejujurnya, saya antusias sekali dengan
museum Sandi. Menurut saya ini salah satu museum yang menarik di Jogja dengan
tema yang tidak biasa. Hanya saja, tampaknya museum ini masih membutuhkan banyak inovasi agar bisa tampil lebih menarik dan informative sesuai dengan
perkembangan zaman. Apabila itu terjadi, saya yakin, museum ini akan semakin
banyak diminati oleh para wisatawan yang datang ke Jogja.
Note: Karena HP saya lagi-lagi tercebur ke pantai dan flashdisk suami yang berisi foto hilang, sebagian besar gambar yang diambil tidak dapat terselamatkan
hiks… Jadi terpaksa puas dengan foto yang ada.
Bersambung ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar