Senin, 11 Mei 2015

being full time mommy at home





Setelah sekian lama off menulis, kembali  membuka blog lagi. Ya, kebetulan kondisi kemarin yang tidak  memungkinkan menuangkan isi hati *tsah* berhubung pekerjaan sedang banyak2nya, kondisi kehamilan anak ketiga yang lebih berat dari dua kehamilan sebelumnya dan banyak alasan-alasan lain membuat saya  off dulu dari dunia tulis-menulis.
Hanya saja akhir-akhir ini ada satu topic yang membuat saya  tergelitik kembali menulis. Tak lain setelah memantau dan merasakan kembali bagaimana rasanya jadi full time mommy at home….Hihi .. bener2 dah full timenya karena asisten pun sedang tak punya. Semua dikerjakan sendiri- tentu dengan bantuan suami plus anak-anak yang “dipaksa”  jadi asisten cilik haha..  Hal-hal yang kemarin terlewat karena kesibukan pekerjaan plus tinggal delegasi ke asisten jadi terperhatikan sekarang. Ternyata oh ternyata…. Memang banyak hal yang saya lewatkan.
Satu  hal yang bisa saya tarik kesimpulan sekarang adalah tidak mudah menjadi full time mommy at home. Bahkan menurut saya *pendapat pribadi* ternyata secara  mental jauh lebih berat dibanding menjadi  ibu  bekerja. Ini benar-benar pendapat pribadi saya ya. Kalau ada yang punya pendapat berbeda, silakan.
Berikut  hal-hal yang perlu proses adaptasi dari ibu yang sebelumnya bekerja kemudian beralih peran  menjadi full time mommy at home:
1.       Jenis Aktivitas
Tuntutan dan deskripsi pekerjaan yang  berbeda. Kalau Ibu bekerja tentunya sesuai dengan job desc dari masing-masing profesinya. Misalnya kalau bekerja di bidang keuangan dan administrasi  berkutat di masalah angka-angka ataupun data-data, kalau dokter ya kudu melayani pasien, melakukan diagnosa dll, kalau seperti saya di bidang psikologi yang ketemu klien ya mesti banyak observasi, melakukan interview, melakukan pemeriksaan dan  membuat laporan. Sementara  rata-rata  kalau full time mommy at home apalagi yang no asisten ya… pekerjaannya nyaris seragam; bersih-bersih rumah, mencuci, menyetrika dan memasak. Ada pula yang ibu bekerja di rumah sekaligus full time mommy at home, kerjaannya double; ya bekerja sesuai profesinya atau bisnisnya ya beresin  pekerjaan rumah juga.
2.       Lingkungan
Tak bisa dipungkiri, satu hal yang menarik dari ibu  bekerja adalah  lingkungan kerja dan pergaulan yang lebih dinamis. Bisa berinteraksi dengan  klien yang  terdiri dari beragam jenis karakternya,  bergaul dengan  teman-teman kerja yang kompak, senasib sepenanggungan, dll. Apalagi kalau  mendapat kesempatan jalan-jalan entah ke tempat klien atau ada urusan pekerjaan  lainnya yang  mengharuskan keluar kota, bisa dapat pengalaman  dan suasana baru.   Pendeknya  lingkungan yang lebih dinamislah. Untuk full time mommy  at home sebenarnya cukup beragam. Ada yang lebih ke lingkungan dalam & sekitar rumah, tetangga, sesama ibu-ibu yang menunggu anak sekolah, arisan, pengajian dll. Tapi banyak juga full time mommy at home yang aktif berkiprah sekitar rumah, di lingkungan RT/RW bahkan dalam cakupan yang lebih luas.  Tapi ya itu kembali lagi ke sisi pribadi orang yang bersangkutan. Apakah memang senang  terjun beraktivitas  ke lingkungan masyarakat yang lebih luas atau lebih suka beraktivitas di dalam rumah. Semua kembali  kepada orang yang bersangkutan. Thanks God sekarang ada media social. Paling tidak itu sangat membantu  full time mommy at home untuk  melebarkan  jaringan pergaulannya tanpa harus sering keluar rumah.
3.       Ekspektasi
Kalau di dunia kerja ada target dan tuntutan  kerja yang jelas. Misalnya  ya seperti saya, laporan kudu  beres tanggal segini kalau nggak, bakal ditagih terus atau  lebih  parah ; klien bisa complain.  Bahkan bisa  menyebabkan  bagian atau unit lain yang dirugikan karena menunggu pekerjaan kita ga selesai-selesai.  Sementara kalau full time mommy at home  ya kalau suka  menunda pekerjaan sih mungkin  ga akan  ngaruh  ke pihak eksternal ya tapi dampaknya ke diri sendiri dan  internal keluarga.  Jadinya yang kasihan suami sama anak-anak, misal menunda menyetrika  seragam malamnya,  pasti besok pagi-pagi mommy sendiri yang repot  karena terjadi kehebohan dalam mempersiapkan  baju seragam. Ya  intinya kalau full time mommy kelihatannya komitmen lebih ke diri sendiri dan  ke keluarga untuk bisa memastikan  pekerjaan  beres.  Sementara  kalau  ibu  bekerja di luar rumah  tanggung jawabnya lebih  kepada pihak eksternal. Tapi menurut saya justru yang paling sulit itu ya komit ke diri sendiri.   
4.       Penghargaan
Nah,  ini  nih menurut saya justru yang paling berat. Kalau ibu  bekerja di luar rumah rewardnya jelas, dapat salary dan penghargaan dari kantor. Malah kalau  hasil kerjanya excellent  bakal lebih banyak dapat apresiasi dari banyak pihak seperti atasan, rekan kantor dan klien atau berupa  kenaikan salary, bonus dll.  Pokoknya  dapat pengakuan atas apa yang sudah  kita kerjakan yang secara signifikan  juga mempengaruhi rasa keberhargaan diri  kita ( self esteem). Tidak heran kalau ibu  bekerja  di luar rumah sering dikatakan  kebutuhan self actualizationnya lebih dapat terpenuhi. Sementara kalau full time mommy at home, bisa dibilang hasil kerjanya sering luput dari penghargaan pihak  lain. Boro-boro dapat gaji hehe….dipuji  oleh pihak yang berkepentingan seperti suami atau anak-anak saja  kadang  tidak. Hihi…. Padahal kalau cucian  baju nggak beres atau rumah  kotor  berantakan atau tidak ada  masakan di rumah, gimana hayooo…..? Rempong  juga kan… (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar