Setelah sekian lama off menulis,
kembali membuka blog lagi. Ya, kebetulan
kondisi kemarin yang tidak memungkinkan
menuangkan isi hati *tsah* berhubung pekerjaan sedang banyak2nya, kondisi
kehamilan anak ketiga yang lebih berat dari dua kehamilan sebelumnya dan banyak
alasan-alasan lain membuat saya off dulu
dari dunia tulis-menulis.
Hanya saja akhir-akhir ini ada
satu topic yang membuat saya tergelitik
kembali menulis. Tak lain setelah memantau dan merasakan kembali bagaimana
rasanya jadi full time mommy at home….Hihi
.. bener2 dah full timenya karena asisten pun sedang tak punya. Semua
dikerjakan sendiri- tentu dengan bantuan suami plus anak-anak yang
“dipaksa” jadi asisten cilik haha.. Hal-hal yang kemarin terlewat karena
kesibukan pekerjaan plus tinggal delegasi ke asisten jadi terperhatikan
sekarang. Ternyata oh ternyata…. Memang banyak hal yang saya lewatkan.
Satu hal yang bisa saya tarik kesimpulan sekarang
adalah tidak mudah menjadi full time
mommy at home. Bahkan menurut saya *pendapat pribadi* ternyata secara mental jauh lebih berat dibanding menjadi ibu
bekerja. Ini benar-benar pendapat pribadi saya ya. Kalau ada yang punya
pendapat berbeda, silakan.
Berikut hal-hal yang perlu proses adaptasi dari ibu
yang sebelumnya bekerja kemudian beralih peran
menjadi full time mommy at home:
1.
Jenis Aktivitas
Tuntutan dan
deskripsi pekerjaan yang berbeda. Kalau
Ibu bekerja tentunya sesuai dengan job desc dari masing-masing profesinya.
Misalnya kalau bekerja di bidang keuangan dan administrasi berkutat di masalah angka-angka ataupun
data-data, kalau dokter ya kudu melayani pasien, melakukan diagnosa dll, kalau
seperti saya di bidang psikologi yang ketemu klien ya mesti banyak observasi,
melakukan interview, melakukan pemeriksaan dan
membuat laporan. Sementara
rata-rata kalau full time mommy
at home apalagi yang no asisten ya… pekerjaannya nyaris seragam; bersih-bersih
rumah, mencuci, menyetrika dan memasak. Ada pula yang ibu bekerja di rumah
sekaligus full time mommy at home, kerjaannya double; ya bekerja sesuai
profesinya atau bisnisnya ya beresin
pekerjaan rumah juga.
2.
Lingkungan
Tak bisa
dipungkiri, satu hal yang menarik dari ibu
bekerja adalah lingkungan kerja
dan pergaulan yang lebih dinamis. Bisa berinteraksi dengan klien yang
terdiri dari beragam jenis karakternya, bergaul dengan teman-teman kerja yang kompak, senasib
sepenanggungan, dll. Apalagi kalau
mendapat kesempatan jalan-jalan entah ke tempat klien atau ada urusan
pekerjaan lainnya yang mengharuskan keluar kota, bisa dapat pengalaman dan suasana baru. Pendeknya lingkungan yang lebih dinamislah. Untuk full
time mommy at home sebenarnya cukup beragam. Ada yang lebih ke lingkungan dalam & sekitar rumah, tetangga, sesama
ibu-ibu yang menunggu anak sekolah, arisan, pengajian dll. Tapi banyak juga full time mommy at home yang aktif berkiprah sekitar rumah, di lingkungan RT/RW bahkan dalam cakupan yang lebih luas. Tapi ya itu kembali lagi ke sisi pribadi orang yang bersangkutan. Apakah memang senang terjun beraktivitas ke lingkungan masyarakat yang lebih luas atau lebih suka beraktivitas di dalam rumah. Semua kembali kepada orang yang bersangkutan. Thanks God sekarang ada media social. Paling
tidak itu sangat membantu full time
mommy at home untuk melebarkan jaringan pergaulannya tanpa harus sering
keluar rumah.
3.
Ekspektasi
Kalau di dunia
kerja ada target dan tuntutan kerja yang
jelas. Misalnya ya seperti saya, laporan
kudu beres tanggal segini kalau nggak,
bakal ditagih terus atau lebih parah ; klien bisa complain. Bahkan bisa
menyebabkan bagian atau unit lain
yang dirugikan karena menunggu pekerjaan kita ga selesai-selesai. Sementara kalau full time mommy at home ya kalau suka
menunda pekerjaan sih mungkin ga
akan ngaruh ke pihak eksternal ya tapi dampaknya ke diri
sendiri dan internal keluarga. Jadinya yang kasihan suami sama anak-anak, misal
menunda menyetrika seragam malamnya, pasti besok pagi-pagi mommy sendiri yang
repot karena terjadi kehebohan dalam
mempersiapkan baju seragam. Ya intinya kalau full time mommy kelihatannya
komitmen lebih ke diri sendiri dan ke
keluarga untuk bisa memastikan pekerjaan
beres. Sementara kalau
ibu bekerja di luar rumah tanggung jawabnya lebih kepada pihak eksternal. Tapi menurut saya
justru yang paling sulit itu ya komit ke diri sendiri.
4.
Penghargaan
Nah, ini
nih menurut saya justru yang paling berat. Kalau ibu bekerja di luar rumah rewardnya jelas, dapat
salary dan penghargaan dari kantor. Malah kalau
hasil kerjanya excellent bakal lebih
banyak dapat apresiasi dari banyak pihak seperti atasan, rekan kantor dan klien
atau berupa kenaikan salary, bonus dll. Pokoknya
dapat pengakuan atas apa yang sudah
kita kerjakan yang secara signifikan
juga mempengaruhi rasa keberhargaan diri
kita ( self esteem). Tidak heran kalau ibu bekerja
di luar rumah sering dikatakan
kebutuhan self actualizationnya lebih dapat terpenuhi. Sementara kalau
full time mommy at home, bisa dibilang hasil kerjanya sering luput dari
penghargaan pihak lain. Boro-boro dapat
gaji hehe….dipuji oleh pihak yang
berkepentingan seperti suami atau anak-anak saja kadang
tidak. Hihi…. Padahal kalau cucian
baju nggak beres atau rumah
kotor berantakan atau tidak
ada masakan di rumah, gimana hayooo…..?
Rempong juga kan… (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar