Selasa, 27 September 2022

Mendampingi Anak Memasuki Perguruan Tinggi (Bagian 1)

 

Hallo.. Assalamualaikum..

Setelah sekian lama, saya  baru bisa menulis blog lagi karena kesibukan yang begitu padat. Terakhir adalah proses penerimaan putra sulung saya masuk Perguruan Tinggi  Negeri. Ini yang ingin saya bagikan kepada pembaca blog. Sedikit sharing dari seorang ibu yang berjibaku mendampingi anak masuk Perguruan Tinggi. Dan ternyata cukup banyak pelajaran yang saya dapat disini :)

Kilas balik sedikit, saya adalah alumni sebuah SMA dan PTN favorit di Bandung. Masa-masa saya menempuh masa transisi pendidikan dari SMA ke Perguruan Tinggi terbilang lancar. Mungkin karena factor SMA favorit yang turut berpengaruh meski saya juga tidak terlalu paham. Yang jelas saat itu zaman zonasi belum ada. Alumni dari SMA saya sistemnya seperti bedol desa, saking banyaknya yang lulus masuk PTN favorit. Saya ingat sekali, waktu itu melakukan pendaftaran tes perguruan tinggi negeri bersama dengan kawan-kawan sekelas (waktu itu disebutnya UMPTN). Kami mendatangi kampus ITB di jalan Ganesha dan mengikuti saja petunjuk yang ada untuk melakukan pendaftaran. Simple dan tuntas. Kemudian mengikuti ujian sesuai jadwal. Orangtua yang kebetulan sedang dinas di seberang pulau sama sekali tidak tahu apa-apa tentang prosesnya. Mereka hanya menerima kabar ketika pengumuman kelulusan. 

Masa sekarang, saya temukan bahwa proses yang dialami anak sulung saya jauh berbeda. Tidak hanya menuntut keterlibatan orangtua lebih intens; baik dari segi biaya, informasi dan  dukungan lainnya; namun juga harus lebih sigap dan lincah dalam menyusun strategi untuk target lulus PTN.

Berbeda dengan saya; putra sulung saya, Abang adalah produk jaman zonasi. Terutama zaman dimana jarak dan nilai skor NEM masih menjadi kunci penentu. Skor NEM Abang yang lumayan tinggi untuk ukuran masa itu dan diprediksi bisa masuk salah satu dari tiga besar SMA favorit di Bandung, ternyata meleset. Jarak tempat tinggal kami yang cukup jauh membuat kami gagal memasukkan Abang ke salah satu dari dua besar SMA favorit di Bandung. Jadi Abang akhirnya masuk ke SMA pilihan kedua. SMA  tersebut masih berada di dalam 10 besar SMA negeri favorit di Bandung.

Masa-masa pandemic menjadi tantangan untuk Abang menyelesaikan SMAnya. Tetapi Alhamdulillah akhirnya terlalui juga dan meninggalkan kenangan manis baginya. Sejak masuk kelas 11, kami sudah mulai mengingatkan akan persiapan ujian PTN. Namun sejak awal yang menjadi concern utama saya adalah pilihan minat atau jurusan yang ia pilih di PTN. Hal ini penting, karena saya tidak mau ia salah memilih jurusan yang berdampak merugikan masa depannya. Maka, kami sebagai orangtuanya memberikan keleluasaan baginya untuk bereksplorasi memilih bidang mana yang menjadi minatnya. Jujur, memang ada sedikit keinginan yang terselip dari ayahnya agar ia memilih fakultas kedokteran seperti ayahnya. Apalagi kami perhatikan Abang terbilang cukup tekun dan mandiri dalam belajar. Prestasinya pun cukup baik meski kadang belum sepenuhnya konsisten.  Namun kami berdua menyadari bahwa hal ini adalah sepenuhnya pilihannya, haknya untuk memilih bidang yang menjadi passionnya. Sejak awal kami memang benar-benar menekankan kepada Abang untuk mengikuti apa yang menjadi passionnya, sehingga kelak ia akan enjoy dan memiliki motivasi yang tinggi untuk berkiprah di bidangnya. Kami sebagai orangtua, sebatas memberikan dukungan yang diperlukan saja.  Alhamdulillah, kalau saya perhatikan proses pemilihan jurusan yang Abang lakukan relative smooth. Sejak awal minatnya memang sudah terlihat kuat di area Teknologi Informasi, meski ia sempat juga tertarik pada bidang psikologi, MIPA dan kepenulisan/sastra. Minatnya semakin terasah dengan bergabungnya ia pada ekskul TI di SMAnya; bahkan sempat menjadi pengurus dan sharing materi ke adik kelasnya.

Maka tidak heran, saat di kelas 12 ketika kami bertanya kembali,  apa yang menjadi pilihannya, ia menjawab mantap : STEI ITB. Satu sisi saya memang memahami pilihannya. STEI ITB adalah salah satu pendidikan terbaik untuk siswa-siswa yang memiliki ketertarikan tinggi di bidang TI. Akan tetapi tentunya semua orang tahu, bagaimana sulitnya masuk ke STEI ITB. Persaingan sangat ketat dan melibatkan semua siswa terbaik se Indonesia.  

Nanti kita lanjut lagi ya tentang bagaimana perjuangan Abang untuk meraih  kursi di salah satu PTN terbaik di Indonesia dan sedikit sharing tentang apa yang perlu orangtua lakukan untuk membantu putra-putrinya yang saat ini duduk di  kelas 12 dalam memilih jurusan di perkuliahan. (Bersambung)