Sabtu, 22 Maret 2014

Serba-serbi Tinggal di Luar Negeri



Pengalaman saya tinggal di luar negeri sebenarnya  cuma seiprit  alias cuma sebentar. Dibandingkan dengan teman-teman yang bertahun-tahun menetap, berpindah-pindah dari satu  negara ke negara lainnya atau bahkan ada yang menjadi warga negara setempat…..wow... jauhh!  Berbekal pengalaman yang cuma sebentar ini plus mendengar dan membaca tulisan tentang teman-teman yang berkesempatan tinggal di luar negeri, saya coba menuliskan beberapa point  yang umum dialami oleh para pendatang di negeri orang.

-          Masa adaptasi; pertamakali tiba, jangan heran kalau banyak hal ditemui akan jauh berbeda dengan apa yang biasa kita jumpai di  tanah air. Sekalipun kita sudah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya  sebaiknya tetap bersiap menghadapi  adanya kejutan-kejutan yang akan mewarnai masa awal sebagai pendatang baru.

-          Jangan terlalu lama menghabiskan waktu untuk terkaget-kaget…karena  mau tidak mau kita akan disibukkan dengan  beragam kegiatan yang harus dipersiapkan untuk menjalani rutinitas di tempat baru; misalnya mencari  tempat tinggal permanent  untuk  pendatang yang  tinggal di tempat sementara,  mencari toko yang available untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, berburu sekolah  yang  cocok untuk anak-anak  sampai menemukan  tempat atau komunitas yang nyaman  untuk pergaulan.  Yang jadi masalah, kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita dapatkan. Belum lagi sejumlah pertimbangan yang menyertai; seperti  mendapatkan bahan makanan yang halal dan murah, sekolah anak  yang nyaman dan sistem pendidikan yang sesuai dan lainnya.

-          Untuk pendatang yang beruntung  tinggal di negara muslim, bersyukurlah. Seperti waktu saya di Madinah,  Ibaratnya, di supermarket mau mengambil bahan makanan apapun dengan mata tertutup, insya Allah halal. Mau jajan di restoran juga demikian. Hal yang sebaliknya  dengan yang saya alami waktu berkunjung ke China. Teman saya yang kebetulan tinggal  di negara non muslim juga demikian; harus cermat meneliti kandungan  zat-zat yang terdapat dalam bahan makanan yang  ingin dibeli apakah masih  termasuk halal untuk dikonsumsi atau tidak.

Tapi in shaa Allah, dibelahan dunia manapun tempat kita akan  tinggal, akan selalu ada kemudahan  dan pertolongan Allah.

-          Siap bekerja keras. Mau leyeh-leyeh seperti di Indonesia yang relative mudah mencari asisten? Jangan harap hal itu terjadi kalau kita bermukin di negara lain. Kalau di Indonesia ada si Mbak atau si Bibik yang  bisa diandalkan untuk  membantu mencuci piring atau mengasuh anak, tinggal di luar berarti kita harus siap mengandalkan diri sendiri atau  berbagi tugas dengan pasangan.  Cucian menumpuk atau ada tikus di dapur….Ya kudu puter otak sendiri – jangan harap bisa minta tolong sama Mamang tukang sampah untuk membantu mengusir tikus.  Tugas keseharian benar-benar tanggung jawab sendiri  dan sangat jarang untuk bisa benar-benar libur, kecuali kalau sudah ada kesepakatan dengan pasangan. Demikian juga urusan masak-memasak; kalau libur, mau dikasih makan apa anak-anak?  Masalahnya kalau sering-sering jajan, bisa jebol  ini kantong hihihi….. Belum lagi masalah selera  yang kadang tidak cocok dengan masakan setempat.

Masalahnya bisa berbeda kalau kebetulan tempat kita tinggal  berdekatan dengan tetangga sesama orang Indonesia yang doyan masak.  Seperti saya waktu di Madinah yang lumayan sering dapat kiriman kue dan masakan enak-enak dari tetangga  yang baik hati atau dapat lungsuran sisa makanan dari  travel umrah yang makanan jamaahnya tidak habis.

Gengsi? Ke laut aja kalee….Tinggal di luar negeri   bukan berarti berfoya-foya lho ya… kecuali kalau  tabungan  sudah menumpuk atau tanah  ada dimana-mana alias kehidupan sudah pasti terjamin ketika pulang ke tanah air nanti.  Kalau bagi saya, tinggal di luar negeri artinya ya penghematan.  Dan juga menahan diri dari hal-hal yang bisa didapat dengan mudah di tanah air. Misalnya  kangen makan batagor atau bakso tapi jangan harap ada yang lewat. Jadinya asyik googling  untuk cari tahu gimana cara bikin sendiri.

Maka jangan heran kalau ibu-ibu pemukim luar negeri adalah istri-istri binangkit – jago masak, beberes rumah dan ngurus anak, karena semuanya dikerjakan sendiri. Pokoknya salut berat deh.

-          Bergabung di komunitas warga Indonesia. Sebagai sesama warga Indonesia di negara asing; jalinan persaudaraan harus benar-benar erat. Ya, kepada siapa lagi kita menengok  apabila kebetulan  membutuhkan bantuan. Sebagai sesama perantau,  tentu sama-sama  mengetahui situasi yang dihadapi di negeri orang; susah-senangnya. Kadang  saling ketergantungannya cukup besar; bahkan tak jarang  tetangga atau teman yang  kita jumpai di sana lebih terasa sebagai saudara  atau bahkan keluarga dibandingkan dengan saudara sedarah di tanah air.  Hanya saja, ya itu….lingkup pergaulan terasa tidak terlalu luas dibandingkan dengan di tanah air. Apabila di tanah air kita akan banyak bertemu orang baru dalam pergaulan kita atau karena berbagai urusan, misalnya;   tapi kalau kebetulan kita tinggal di negara yang warga Indonesianya sedikit ya harus terima saja kalau tiap ada pertemuan ketemunya dengan orang –orang yang sama. Istilahnya 4 L  lah….Loe lagi loe lagi.
- Serunya tinggal di luar negeri adalah kesempatan yang terbilang jarang  untuk  melihat kebudayaan dan pemandangan  yang berbeda  dengan di tanah air. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Percaya deh… biar nggak punya uang atau  bermodal nekad sekalipun; jangan sia-siakan kesempatan untuk berpetualang  menelusuri dan menikmati  suasana dan budaya setempat yang berbeda dengan tanah air; seperti menikmati kulinernya atau berbincang dengan warga setempat. Mumpung jaraknya dekat.  Jangan seperti saya yang menyesal  setelah kembali ke Indonesia. Jauh-jauh berkelana di Madinah paling jauh cuma sampai Mekah atau Jeddah. Bahkan Thaif atau  Made in Saleh yang tergolong tempat  ngetop di Saudi pun belum sempat saya  kunjungi. *tepok jidat* Dahulu ketika ada seorang teman yang menyarankan supaya kami  mencoba travelling ke Mesir atau Abu Dhabi  karena jaraknya terhitung dekat dari Saudi-daripada bolak-balik pulang kampung ke Indonesia- saya hanya tertawa. Sekarang? Huhuhu…. saya hanya bisa gigit jari dan berharap suatu hari dapat kesempatan untuk berpetualang lagi *lirik suami* Aamiin ya Robb.